andri helmi

Selayang Pandang

Welcome..

BLOGGING FOR EDUCATION (EDUBLOG) adalah Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi BLOG untuk Optimalisasi Perkuliahan. Rekan-rekan mahasiswa bisa berkomunikasi aktif secara written, sharing dan melengkapi materi serta tugas perkuliahan di sini. Dan manfaat BLOG ini bagi seorang Dosen adalah:

  • Self Expression
  • Personal Branding
  • Be Better Writer
  • Arsip Online
  • Penyimpanan Data Online
  • Sharing
  • Sedekah Ilmu
  • Help People
  • Sarana Kuliah Online
  • Unjuk Kompetensi & Professionalisme Dosen
  • Networking. Menambah Teman dan Relasi
  • Monetize

Manfaat Blog sebagai Media Kuliah Enhance Interactivity. Bahkan mahasiswa “pemalu” pun bisa tanya tanpa merasa “tertekan” oleh teman sekelas (Loftus, 2001). Time and Place Flexibility. Including tugas-tugas kuliah menjadi paperless dan accesable by world! Potential to Reach a Global Audience. Mahasiswa luar kampus juga menjadi “murid online”. Easy Updating of Content as well as Archivable Capabilities. Mudah update dan dokumentasi/arsip materi kuliah. Source: 1. A. W. Bates (1995) Technology, Open Learning and Distance Education (Routledge Studies in Distance Education. 2. Wulf, K. (1996). Training via Internet: Where are we? Training & Development. 3. Web-Based Learning and Teaching Technologies: Opportunities and Challenges, University of Baltimore, USA.

Lingkup materi perkuliahan yang akan dibahas di sini adalah mata kuliah-mata kuliah Ekonomi, Bisnis dan Manajemen serta ilmu sosial yang diampu oleh dosen pemilik blog ini.

Semoga membantu..

KOMPREHENSIF

Kisi-kisi Ujian Sidang Komprehensif Program Studi Ilmu Pemerintahan dan Program Studi Administrasi Bisnis 2018

KISI-KISI KOMPRE IP 2018

KISI-KISI IAB

ISU STRATEGIS DALAM KEWIRAUSAHAAN DAN USAHA KECIL

1.1       Latar Belakang Masalah

Sejak tahun 1983, pemerintah secara konsisten telah melakukan berbagai upaya deregulasi sebagai upaya penyesuaian struktural dan restrukturisasi perekonomian. Kendati demikian, banyak yang mensinyalir deregulasi di bidang perdagangan dan investasi tidak memberi banyak keuntungan bagi perusahaan kecil dan menengah; bahkan justru perusahaan besar dan konglomeratlah yang mendapat keuntungan. Studi empiris membuktikan bahwa pertambahan nilai tambah ternyata tidak dinikmati oleh perusahaan skla kecil, sedang, dan besar, namun justru perusahaan skala konglomerat, dengan tenaga kerja lebih dari 1000 orang, yang menikmati kenaikan nilai tambah secara absolut maupun per rata-rata perusahaan (Kuncoro & Abimanyu, 1995). Dalam konstelasi inilah, perhatian untuk menumbuhkembangkan industri kecil dan rumah tangga (IKRT) setidaknya dilandasi oleh tiga alasan. Pertama, IKRT menyerap banyak tenaga kerja. Kecenderungan menerap banyak tenaga kerja umumnya membuat banyak IKRT juga intensif dalam menggunakan sumberdaya alam lokal. Apalagi karena lokasinya banyak di pedesaan, pertumbuhan IKRT akan menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan ekonomi di pedesaan. Dari sisi kebijakan, IKRT jelas perlu mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja Indonesia, namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan kemiskinan. Di perdesaan, peran penting IKRT memberikan tambahan pendapatan, merupakan seedbed bagai pengembangan industri dan sebagai pelengkap produksi pertanian bagi penduduk miskin. Dapat dikatakan juga berfungsi sebagai strategi mempertahankan hidup (survival strategy) di tengah krisis moneter.

Sudut pengamatan luar masalah manajemen industri kecil dan menengah kita bisa melihat adanya kelompok-kelompok persoalan dengan lingkungannya sendiri-sendiri yang kesemuanya membentuk suatu ekosistem. Pertama-tama, melihat ke lingkungan yang paling dekat, kita mendapatkan kelompok permasalahan psikologi pengusaha dan tenaga kerja. Di situ kita dapatkan masalah-masalah motivasi, sikap hidup, kebiasaan sehari-hari, adat-istiadat, pola tingkah laku, perkembangan kejiwaan, dan sebagainya.

Lingkungan permasalahan kedua, adalah soal kemampuan teknis pengelolaan usaha. Di sini kita dapatkan masalah-masalah seperti, kemampuan mengatur keluar-masuk uang, pembukuan dan administrasi perusahaan, teknik pemasaran, menghitung biaya produksi dan menentukan harga, mengatur pembagian kerja, pengambilan keputusan, perencanaan produksi, mengembangkan disain produk, dan seterusnya.

Ketiga adalah potensi dan kemampuan usaha sangat mempengaruhi manajemen, apabila masyarakat cukup tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Bahkan masyrakat atau pengusaha dapat mengusulkan peraturan dan kebijaksanaan kepada pemerintah agar tercipta kesempatan usaha.

Lingkungan ekologi keempat adalah masalah struktur pasar. Perkembangan dan praktek manajemen seringkal, berhadapan dengan struktur pasar ini. Suatu usaha atau perusahaan tidak bisa maju bukan karena kelemahan manajemen struktural ini. Tapi masalah ini bisa pula dilihat dari segi lain. Umpanya kita melihat faktor-faktor apa yang mempengaruhi struktur pasar. Pola pendapatan masyarakat dan perkembangan pendapatan ke arah polarisasi baru, mempengaruhi struktur pasar.

Sarana dan prasarana manajemen adalah faktor kelima yang perlu diamati secara tersendiri. Sarana prasarana ini bisa menyangkut bidang produksi, bisa pula menyangkut bidang manajemen. Kegiatan pemerintah yang aktif untuk menyediakan prasarana dan sarana pemasaran, akan mempengaruhi pula pola manajemen industri kecil dan menengah. Sistem perilanan, promosi pemasaran, adanya pekan raya, dan semacamnya, mempengaruhi orientasi produksi dan pemasaran dan sarana itu memerlukan perhatian khusus dalam pembinaan manajemen. Iklim perekonomian adalah lingkungan keenam yang perlu diperhatikan, sebab faktor ini bisa menghambat atau mendorong pelaksanaan manajemen usaha. Dalam negara, di mana pemerintah memegang peranan memimpin, maka iklim peekonomian pada dasarnya diciptakan oleh kebijaksanaan- kebijaksanaan pemerintah. Iklim usaha bisa meningkatkan dan kemudian melumpuhkan usaha manajemen yang tadinya menampakkan suksesnya. Erat hubungannya dengan lingkungan atau perangkat kebijaksanaan pemerintah maka peraturan-peraturan yang diciptakannya oleh pemerintah untuk mengatur dunia usaha, juga merupakan dunia yang tersendiri. Soal izin usaha sangat berpengaruh pada usaha-uasaha kecil. Banyak peraturan-peraturan pemerintah itu bertujuan untuk membantu dan menguntungkan dunia usaha. Apabila dunia usaha lebih banyak mengetahui peraturan-peraturan itu, maka mereka akan bisa mengambil keuntungan dan manfaat dari segi manajemen.

Sistem teknologi adalah lingkungan kedelapan dalam catatan ini yang perlu diperhatikan dalam pengembangan manajemen. Pengetahuan para pengusaha dalam perkembangan mesin-mesin dan alat-alat ini sangat kurang atau tidak merata. Perusahaan-perusahaan kecil dan menengah kerap kali terebut (atau direbut) pasarannya oleh perusahaan-perusahaan besar asing karena kurang mengikuti perkembangan teknologi. Penemuan-penemuan teknologi perlu dilakukan guna mengangkat potensi yang ada. Apabila tidak, maka industri kita akan dimasuki oleh teknologi asing yang memproduksi barang-barang baru yang bahannya.

Dengan melihat lingkungan manajemen tersebut, barangkali kita bisa menyederhanakan persoalan manajemen sebagai berikut. Dari segi penawaran (supply-side), masalah utamanya adalah pengelolaan produksi. Dari segi permintaan (demand-side) kita melihat pemasaran. Kedua segi itu dapat dibagi pula menjadi dua lingkup permasalah yaitu lingkup internal dan eksternal. Lingkup internal mengandung masalah-masalah yang kira-kira berada dalam batas kemampuan pengusaha untuk mengatasinya. Sedangkan lingkup eksternal mengandung masalah-masalah yang lebih banyak ditentukan faktor luar, bahkan kerap kali berada di luar kemampuan pengusaha untuk mengusainya atau mengubahnya.

Pengusaha yang lebih ”berbudaya” adalah mereka yang telah memikirkan mutu, meningkatkan mutu, memelihara mutu, menciptakan standar mutu berdasrkan harga-harga tertentu, mengembangkan desain-desai baru, memikirkan selera konsumen, pokknya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dan selera pembeli. Pengusaha yang baik dan berbudaya, senantiasa ingin memperbaiki mutu produksinya, demi kepuasan konsumen.

Semua merupakan tujuan ”akhir” atau tujuan pokok dari suatu usaha. Yang perlu diingat adalah, bahwa ”laba” apalagi laba yang sebesar-besarnya, bukanlah tujuan utama pengusaha yang baik, berbudaya dan ingin maju, bukan tujuan tunggal. Tujuan-tujuan yang laij adalah mencapai dan mempertahankan stabilitas, mempertinggi produksi dan produktivitas, menganekaragamkan produk, biar konsumen mempunyai pilihan yang lebih banyak, memperbaiki mutu dan menjaga standar agar konsumen puasa dan tidak ragu akan jaminan mutiu, agar dapat mempekerjakan lebih banyak orang, supaya upah buruh bisa dinaikkan, supaya perusahaan secara keseluruhan bisa maju, dan semua orang bisa mengambil manfaat dari kemajuan itu. Di samping tujuan akhir perusahaan, maka pengusaha yang baik tentu akan melihat pula ke dalam dan memperhatikan kekurangan-kekurangannya.

Tujuan-tujuan itu barangkali lebih merupakan tugas sehari-hari dari para manajer atau pengusaha, tapi kerap kali mengandung nilai tersendiri jika kita ingin memperbaiki manajemen. Modernisasi alat-alat produksi, menekan ongkos, memperbaiki cara kerja, dan semacamnnya memerlukan kultur pula. Dalam rangka itu semua, kita perlu memikirkan langkah-langkah strategis untuk mencapaiu efektivitas manajemen praktis. Langkah-langkah atau pemikiran-pemikiran itu dapat diabstrakkan sebagai berikut:

Pertama, pengusaha dan manajer perlu mengenal diri sendiri, mengetahui kekuatan maupun kelemahannya sehingga mampu mengaktualisasikan potensi dirinya sendiri secara optimal dan seimbang. Kedua, pengusaha perlu menguasai teknik-teknik manajemen, baik di bdang produksi maupun pemasaran, setidak-tidaknya atau lebih baik dalam rangka memajukan perusahaan, pengusaha bisa memanfaatkan keahlian-keahlian teknis manajemen. Ketiga, pengusaha perlu juga menambah pengetahuan dan selalu berusaha mengikuti perkembangan dengan mendapatkan dan memperhatikan informasi dan bersikap tanggap. Keempat, kerjasama di lingkungan perusahaan dalam pembagian kerja yang serasi merupakan kunci kemajuan bersama. Termasuk di dalamnya, soal memperbaiki suasana kerja, merupakan hal yang perlu diperhatikan. Kelima, pengusaha yang ingin maju haruslah percaya pada organisasi dan cara kerja yang teratur. Keenam, kerjasama melalui organisasi di luar perusahaan, merupakan kebutuhan mutlak dalam situasi yang berkembang cepat itu, juga dalam rangka membentuk kekuatan di lingkungan usahanya. Ketujuh, disiplin untuk membuat dan mentaati rencana, merupakan ciri pula pada pengusaha yang ingin maju. Dan akhirnya, kontrol terhadap orang lain dan diri sendiri merupakan faktor yang bisa melindungi pengusaha dari kesulitan yang mungkin timbul.

Dengan demikian seorang usahawan dan pengusaha kecil memerlukan strategi untuk dapat mengembangkan usahanya agar dapat memenangkan persaingan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik membuat makalah berjudul “Isu Strategis Dalam Kewirausahaan dan Usaha Kecil”.

1.2       Identifikasi Masalah

            Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut:

  1. Bagaimana tantangan dan masalah dalam kewirausahaan dan usaha kecil,
  2. Bagaimana pengambilan resiko dan manajemen strategik usaha kecil,
  3. Bagaimana cara membuat rencana bisnis untuk usaha kecil dan menengah.

1.3       Tujuan Makalah

            Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:

  1. Tantangan dan masalah dalam kewirausahaan dan usaha kecil,
  2. Pengambilan resiko dan manajemen strategik usaha kecil,
  3. Cara membuat rencana bisnis untuk usaha kecil dan menengah.

2.1       Arti Penting Perusahaan Kecil dan Bisnis Kewirausahaan

Sebelum membicarakan tentang manajemen usaha kecil ada baiknya kita membicarakan dulu tentang kewirausahaan yang merupakan elemen yang penting di dalam manajemen usaha kecil tersebut. Di Amerika Serikat misalnya, kewirausahaan seringkali diartikan sebagai seseorang yang memulai bisnis baru, kecil dan milik sendiri. Kata .wirausaha. atau .wiraswasta. dalam bahasa Indonesia adalah padanan kata bahasa Perancis entrepreneur, yang sudah dikenal sejak abad 17. Wiraswasta berarti orang yang perkasa dan mandiri. Harus diakui memberikan definisi realis dari wirausaha tidak semudah semudah memformulasi definisi etimologisnya. Dalam berbagai referensi kita memenukan rumusan yang dikemukakan para pakar manajemen tentang wirausaha atau entrepreneur. Menurut Zimmerer dan Schorborough (1998) dalam Riyanti (2003:22) menyebutkan sebagai berikut:

An entrepreneur is one who creates a new business in face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and assembling the necessary resource to capitalize on them.

Peter dan Hisrich (1998:9) juga mengemukakan pendapat yang hampir senada, yaitu :

Entrepreneurship is process of creating something new with value by devoting the necessary time and effort, asumming the accompanying financial, physic and social risk, and receiving the resultingrewards of monetary and personal satisfactin and independence.

Meredith (2002) berpendapat bahwa para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses.

Dari berbagai pengertian tersebut tentang wirausaha dapat kita tarik suatu kesimpulan, sebagai berikut : Wirausaha adalah orang yang menciptakan kerja bagi orang lain dengan cara mendirikan, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri dengan bersedia mengambil resiko pribadi dalam menemukan peluang berusaha dan secara kreatif menggunakan potensi-potensi dirinya untuk mengenali produk, mengelola dan menetukan cara produksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk, memasarkannnya serta permodalan operasinya..

Kewirausahaan memang sangat identik dengan usaha kecil. Tidak banyak buku yang membahas tentang pengertian tentang usaha kecil dan menengah, karena belum ada batasan dan kriteria yang baku mengenai usaha kecil dan menengah. Wheelen dan Hunger (2002) berpendapat bahwa usaha kecil di operasikan dan dimiliki secara independen, tidak dominan dalam daerahnya dan tidak menggunakan praktek-praktek inovatif. Tapi usaha yang bersifat kewirusahaan adalah usaha yang pada awalnya bertujuan untuk tumbuh dan menguntungkan serta dapat dikarakteristikkan dengan praktek-pratek inovasi strategis. Pengertian usaha kecil di Indonesia masih sangat beragam. Menurut Undang-Undang ini, yang dimaksud dengan usah kecil adalah :

  1. Memiliki kekayaan paling banyak Rp 200.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) atau
  2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,-
  3. Milik warga negara Indonesia.
  4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasi atau berafiliasi baik langsung mauapaun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.
  5. berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hokum termasuk koperasi.

Usaha kecil dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu mereka yang langsung berhubungan dengan konsumen akhir (barang atau jasa konsumsi atau final) dan mereka yang berhubungan dengan perusahaan lain sebagai pemasok, sub kontrak dan lain-lain (Dirjen ILMK, 1997). Berdasarkan UU No.9/1995 tersebut juga, Departemen Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah membuat empat kelompok bidang usaha yang ada pada usaha kecil dan menengah (UKM), yaitu : perdagangan, industri pertanian, industri non pertanian dan aneka jasa.

Terlepas dari keragaman pengertian itu, kiranya penting untuk diketahui adalah karakteristik atau ciri-ciri usaha kecil secara umum. Berdasarkan studi-studi yang dilakukan Mitzer serta Musselman dan Hugehs (Sutojo dkk, 1994), dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri umum usaha kecil dalam garis besarnya adalah sebagai berikut :

  1. Kegiatan cenderung tidak formal dan jarang yang memiliki rencana usaha.
  2. Struktur organisasi bersifat sederhana.
  3. Jumlah tenaga terbatas dengan pembagian kerja yang longgar.
  4. Kebanyakan tidak melakukan pemisahan antara kekayaan pribadi dengan kekayaan perusahaan.
  5. Sistem akuntansi kurang baik, bahkan kadang-kadang tidak memilikinya sama sekali.
  6. Skala ekonomi terlalu kecil sehingga sukar menekan biaya.
  7. Kemampuan pemasaran serta diversifikasi pasar cenderung terbatas.
  8. Margin keuntungan sangat tipis.

Di samping itu, usaha kecil dapat memainkan peranan penting untuk menjaga dinamika pertumbuhan dan perluasan manfaat ekonomi bagi masyarakat luas. Usaha kecil berperan bukan saja pada aspek sosial seperti pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan kerja, tetapi juga dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi pada sector industri dan ekspor.

Seorang wirausahawan sebagai seseorang yang mengorganisasi dan mengelola sebuah bisnis dan mengambil risiko untuk mendapatkan keuntungan serta pada ujungnya merupakan seorang manajer strategis. Semua level strategi-korporasi, bisnis dan fungsional menjadi perhatian dari pendiri dan sekaligus pemilik manajer perusahaan tersebut.

2.2       Manfaat Manajemen Staregis

Menurut David Hunger and Thomas (2003: 503) beberapa alasan perusahaan kecil blm menggunakan perencanaan strategis secara efektif.

  • Tidak cukup waktu. Masalah operasional sehari-hari menyita waktu yang diperlukan untuk perencanaan jangka panjang.
  • Tidak mengenal dengan baik perencanaan strategis. Pimpinan perusahaan kecil mungkin tidak menyadari arti penting perencanaan strategis atau bahkan memandangnya sebagai hal yang tidak relevan. Perencanaan mungkin dipandang sebagai sesuatu yang tidak fleksibel.
  • Kurangnya keahlian. Manajer perusahaan kecil sering tidak mempunyai keahlian yang memadai untuk memulai perencanaan strategis dan tidak mempunyai atau tidak ingin mengeluarkan sejumlah uang guna meminta bantuan konsultan. Ketidakpastian masa depan justru digunakan untuk membenarkan tidak adanya perencanaan.
  • Kurangnya rasa percaya dan keterbukaan. Banyak pemilik-manajer perusahaan kecil yang sangat sensitive terhadap informasi kunci bisnisnya dan tidak mau mengembangkan perencanaan strategisnya bersama dengan karyawan ataupun dengan pihak luar.

Memulai Proses Manajemen Strategis pada Perusahaan Kecil / Wirausahawan.

Pertanyaan informal untuk memulai proses manajemen strategis dalam perusahaan kecil atau wirausaha.

Formal                                    Informal

 Menentukan misi                  Apa tujuan keberadaan kita ?

 Menentukan tujuan              Apa yang akan kita capai ?

 Perumusan Strategi              Bagaimana bersaing dan mencapai sasaran ?

 Menentukan kebijakan         Aturan apa yang harus diikuti agar dapat

                                                    mengerjakan kegiatan dengan baik?

 Membuat program                Bagaimana mengelola operasi perusahaan

                                        semurah dan sebaik mungkin ?

 Menyiapkan anggaran          Berapa banyak biaya yang diperlukan dan dari

                                                    mana dana tersebut diperoleh ?

 Menentukan prosedur          Seberapa rinci kita harus menjelaskan tugas-tugas

                                                    yang akan dikerjakan ?

 Mengukur kinerja                 Faktor-faktor apa yang akan menentukan

                                                    kesuksesan kita dalam bekerja ?

Karakteristik Model Manajemen Strategik Pada Perusahaan Kecil:

  1. Perumusan dan perencanaan strategik lebih bersifat informal, dimana kepentingan pemilik masih cukup dominan
  2. Sampai dengan tahap tertentu, peran pemilik dalam pelaksanaan keputusan strategik masih dominan
  3. Dalam tahap evaluasi, prosedur standar seringkali tidak dapat digunakan.

2.3       Kegunaan Proses Pengambilan Keputusan Staregis

Menurut David Hunger and Thomas (2003: 503), proses pembuatan keputusan strategis:

  1. Mengembangkan ide bisnis dasar, dengan melibatkan sebuah produk dan atau jasa yang mempunyai target pelanggan dan atau pasar. Ide dapat berdasarkan pengalaman seseorang atau dikembangkan melalui wawasan kreatif.
  2. Mengamati lingkungan eksternal utk melihat faktor2 strategis yang ada pada lingkungan social dan tugas, yang menunjukkan peluang dan ancaman. Pengamatan seharusnya terfokus pada potensi pasar dan kemampuan sumber daya untuk dapat diakses.
  3. Mengamati factor strategis internal yang relevan dengan bisnis baru. Seorang wirausahawan seharusnya mempertimbangkan secara objektif asset pribadi, bidang keahlian, kemampuan, dan pengalaman, semua hal yang dibutuhkan dalam bisnis baru.
  4. Menganalisis factor strategis dalam situasi sekarang. Seorang wirausahawan harus mengevaluasi kekuatan dan kelemahan potensial dari bisnisnya.
  5. Memutuskan untuk berhenti atau melanjutkan dengan menentukan apakah ide dasar bisnis masih tetap layak dilanjutkan.
  6. Mengembangkan sebuah rencana bisnis yang menguraikan ide menjadi sebuah kenyataan.
  7. Menerapkan rencana bisnis dengan prosedur dan rencana tindakan.
  8. Mengevaluasi rencana bisnis yg diterapkan dengan membandingkan kinerja actual dengan proyeksi kinerja.

2.4       Isu-isu dalam Pengamatan Lingkungan dan Perumusan Strategis

            Pengamatan lingkungan dalam bisnis kecil lebih sederhana dibanding perusahaan besar. Bisnis biasanya terlalu kecil untuk menarik seseorang untuk hanya menjalankan aktivitas pengamatan lingkungan atau perencanaan strategis. Manajer puncak, terlebih jika sekaligus sebagai pemilik, cenderung yakin bahwa mereka mengetahui bisnisnya dengan lebih baik.

            Alasan mendasar perbedaan perumusan strategis antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil terletak pada hubungan antara manajer dan pemilik. CEO perusahaan besar biasanya harus mempertimbangkan berbagai kepentingan yang beragam dari semua stakeholder. CEO perusahaan kecil yang juga bertindak sebagai pemilik stakeholder utama perusahaan. Analisis SWOT relevan bagi perusahaan kecil maupun perusahaan besar. Kekuatan dan kelemahan terbesar dari perusahaan kecil, khususnya pada tahap awal, ada pada pemilik-manajer perusahaan tersebut. Wirausahawan adalah seorang manajer, sumber strategi produk/pasar, dan penggerak perusahaan. Oleh karena itu penilaian internal terhadap kekuatan dan kelemahan perusahaan baru berfokus pada aspek personal pendiri- asset, kemampuan, keahlian dan pengalaman.

  • Sumber Inovasi

Menurut David Hunger and Thomas (2003: 509), terdapat tujuh sumber peluang inovasi dalam memulai bisnis kewirausahaan:

  1. Hal yang tidak diharapkan
  2. Sesuatu yang bertentangan
  3. Inovasi berdasarkan kebutuhan proses
  4. Perubahan dalam industry atau struktur pasar
  5. Demografis
  6. Perubahan persepsi, suasana hati, dan arti hidup
  7. Pengetahuan baru
  • Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan perusahaan baru

Menurut C.W. Hofer dan W.R. Sandberg dalam Wheelen dan Hunger (2002), ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap kinerja usaha kecil terutama untuk usaha baru. Sesuai dengan tingkat pengaruhnya, faktor-faktor tersebut adalah :

  1. Struktur industri

Karakteristik produk industri mempunyai pengaruh langsung terhadap suksesnya perusahaan baru. Pertama, perusahaan baru akan lebih sukses ketika memasuki industri dengan yang heterogen daripada yang homogen. Pada industri yang produknya heterogen, perusahaan baru dapat mendiferensiasi produknya dari produk pesaing dengan produk yang unik dengan memfokuskan pada segmen pasar yang mempunyai kebutuhan unik. Kedua, menurut data hasil studi, perusahaan baru akan lebih sukses jika produknya merupakan produk yang relatif tidak penting terhadap kebutuhan total pembelian konsumen daripada jika produk tersebut penting. Konsumen akan lebih mempunyai kesempatan untuk mencoba produk baru jika produk tersebut lebih murah dan kegagalan karena mengkonsumsi produk tersebut tidak beresiko.

  1. Strategi Bisnis

Kunci sukses bagi kebanyakan perusahaan baru adalah : (a). mendiferensiasi produk dari produk pesaing dalam hal kualitas dan layanan, dan (b). memfokuskan produk pada kebutuhan konsumen dalam segmen pasar yang dimasukki untuk mendapatkan ceruk pasar (strategi kompetitif diferensiasi dari Porter).

  1. Karakteristik Wirausaha

Ada empat faktor perilaku yang berpengaruh terhadap kesuksesan

perusahaan baru, yaitu :

  1. Wirausaha sukses lebih baik dibanding orang lain dalam mengidentifikasi kesempatan bisnis potensial. Mereka memfokuskan pada aspek kesempatan, bukan pada masalah, dan mencoba belajar dari kegagalan. Wirausahawan berorientasi pada tujuan dan mempunyai pengaruh budaya yang kuat pada organisasinya.
  2. Wirausaha sukses biasanya memiliki sense of urgency yang membuat mereka beroreintasi pada tindakan. Mereka mempunyai kebutuhan yang tinggi untuk berprestasi dan hal itu memotivasi mereka untuk mengembangkan ide ke dalam tindakan.
  3. Wirausahawan sukses mempunyai pengetahuan terinci atas faktor-faktor kunci yang diperlukan untuk sukses dalam industry dan stamina fisik yang diperlukan untuk pekerjaannya.
  4. Wirausahawan sukses mencari bantuan dari pihak luar untuk melengkapi keahlian, pengetahuan dan kemampuannya.
  • Beberapa petunjuk untuk kesuksesan perusahaan baru

Menurut David Hunger and Thomas (2003: 509), beberapa tip untuk keberhasilan perusahaan kecil :

  1. Fokus pada industri yang pertumbuhannya cepat, khususnya industri yang dikuasai pesaing yang sudah mapan
  2. Mencari industri dimana perusahaan yang lebih kecil memiliki posisi persaingan yang lemah
  3. Mencari industri dimana ada peluang untuk menciptakan halangan masuk yang tinggi untuk pesaing potensial
  4. Mencari industri dengan heterogenitas produk tinggi, dan produk tersebut relatif tidak penting bagi kesumsesan konsumen
  5. Memprioritaskan Strategi differensiasi dan inovasi, dengan memperhatikan aspek harga yang memadai
  6. Menekankan pada aspek inovasi, khususnya inovasi produk, yang menyatu secara integral pada kemampuan organisasi
  7. Mengupayakan pertumbuhan yang alamiah dan organic melalui fleksibilitas dan kesempatan.

2.5       Isu-isu dan Implementasi Strategi

            Implementasi strategis dalam perusahaan kecil melibatkan banyak isu yang sama dengan yang terjadi pada perusahaan besar. Perbedaan utama yang ada adalah siapa yang harus menerapka strategi. Pada perusahaan kecil, perencanaan strategis biasanya merupakan pelaksanaan strategi.

  • Tahap pengembangan perusahaan kecil

Tahap A : Eksistensi

Pertama kali wirausaha menghadapi masalah dalam mendapatkan pelanggan dan menyediakan produk dan jasa yang ditawarkan. Struktur organisasi masih sederhana.

Tahap B : Kelangsungan hidup

            Perusahaan mulai dapat memuaskan kebutuhan pelanggan agar terus hidup. Keseluruhan bisnis akan tutup bila pemilik kehabisan modal awal. Perusahaan yang memasuki tahap kelangsungan hidup akan memberi perhatian pada pengembangan aliran kas yang diperlukan untuk memperbaiki dan mengganti asset modal serta untuk membiayai tahap pertumbuhan dalam upaya memenuhi kebutuhan pelanggan.

Tahap C : Sukses

            Pada tahap ini penjualan perusahaan telah mencapai tingkatan dimana perusahaan tidak hanya mendapat untung, tetapi juga menghasilkan aliran kas yang cukup untuk diinvestasikan kembali. Isu kunci pada tahap ini adalah:

  • Perusahaan dapat mengikuti strategi stabilitas dengan baik dan tetap nyaman dalam posisinya sekarang, dimana perubahan lingkungan tidak akan mengganggu posisi perusahaan atau mengurangi kemampuan bersaing perusahaan. Mulai tahap ini manajer-manajer fungsional menggantikan peran pemilik.
  • Seorang wirausahawan akan menanggung risiko atas semua kas dan pinjaman perusahaan untuk tumbuh. Perencanaan strategis dan operasional dikembangkan dengan baik dan melibatkan pemilik.

Tahap D : Tinggal Landas

            Masalah utama pada tahap ini adalah bagaimana perusahaan tumbuh secara cepat dan bagaimana membiayai pertumbuhan tersebut. Pendiri harus belajar mendelegasikan tugas kepada manajer professional spesialis atau kepada tim manajer yang terdiri atas manajemen puncak perusahaan.

Tahap E : Kematangan sumber daya

            Pada tahap ini perusahaan telah mencapai posisi dan karakteristik sebagai perusahaan besar. Perusahaan mungkin masih berukuran kecil sampai sedang, tetapi dikenal sebagai pemain penting dalam industri. Perhatian terbesar perusahaan pada tahap ini adalah: mengontrol hasil finansial sebagai akibat pertumbuhan yang cepat dan mempertahankan fleksibilitas dan semangat kewirausahaan.

Resnik dalam Certo dan Peter (1991) membuat sepuluh saran untuk formulasi strategi usaha kecil yang dirancang untuk mempertinggi kesempatan hidup dan sukses. Adapun kesepuluh formulasi strategi tersebut, adalah sebagai berikut :

  1. Menjadi Obyektif. Angan-angan sendiri tidak memiliki tempat di dalam bangunan sebuah bisnis. Kejujuran, penilaian yang tenang dari kekuatan dan kelemahan perusahaan dan keahlian bisnis serta manajemennya adalah hal yang mendasar.
  2. Membuat sederhana dan terfokus. Dalam usaha kecil, kesederhanaan adalah efektif. Usaha dan sumber daya, seharusnya dikonsentrasikan dimana dampak dan keuntungan adalah hal yang paling utama.
  3. Fokus pada pasar yang menguntungkan. Kelangsungan hidup dan keberhasilan usaha kecil oleh persediaan barang dan jasa khusus yang menemukan keinginan dan kebutuhan dari pemilihan kelompok pelanggan.
  4. Mengembangkan rencana pemasaran. Usaha kecil harus memutuskan bagaimana untuk meraih dan menjual kepada pelanggan.
  5. Memanajemen tenaga kerja secara efektif. Kesuksesan usaha kecil tergantung pada bangunan, pengaturan dan motivasi sebuah tim pemenang.
  6. Membuat catatan keuangan yang jelas. Usaha kecil perlu untuk memiliki catatan asset, liabilitas, penjualan, biaya dan informasi akunting lainnya dalam urutan untuk kelangsungan hidup dan keberhasilan.
  7. Tidak pernah menghambur-hamburkan kas. Kas adalah raja di dalam dunia usaha kecil.
  8. Menghindari perangkap yang berulang-ulang dari pertumbuhan yang cepat. Usaha kecil harus hati-hati melakukan ekspansi.
  9. Mengerti seluruh fase bisnis. Pengendalian usaha kecil dan kemajuan keuntungan usaha kecil , tergantung pada pengertian yang lengkap dari seluruh fungsi bisnis.
  10. Merencanakan ke depan. Usaha kecil harus memformulasikan secara kritis dan menantang, pencapaian yang masih, tujuan dan mengubahnya menjadi aktifitas yang produktif.

Hisrich dan Peter (1998) menyatakan dua hal yang harus diperhatikan di dalam menumbuhkan usaha agar bisa mencapai keberhasilan, yaitu :1) Pengendalian keuangan, yang bisa dilakukan dengan meminimalkan biaya yang dikeluarkan dan memaksimalkan penjualan; dan 2) Pengendalian tenaga kerja, dengan cara merekrut, memotivasi dan mengarahkan mereka agar menjadi suatu tim yang kuat.

3.1       Tantangan Dan Masalah Usaha Kecil

Memang cukup berat tantangan yang dihadapi untuk memperkuat struktur perekonomian nasional. Pembinaan pengusaha kecil harus lebih diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pengusaha kecil menjadi pengusaha menengah. Namun disadari pula bahwa pengembangan usaha kecil menghadapi beberapa kendala seperti tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial dan sumberdaya manusia ini mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik. Secara lebih spesifik, masalah dasar yang dihadapi pengusaha kecil adalah: Pertama, kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan. Ketiga, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia. Keempat, keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran). Kelima, iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan. Keenam, pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil. Secara garis besar, tantangan yang dihadapi pengusaha kecil dapat dibagi dalam dua kategori: Pertama, bagi PK dengan omset kurang dari Rp 50 juta umumnya tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjaga kelangsungan hidup usahanya. Bagi mereka, umumnya asal dapat berjualan dengan “aman” sudah cukup. Mereka umumnya tidak membutuhkan modal yang besar untuk ekspansi produksi; biasanya modal yang diperlukan sekedar membantu kelancaran cashflow saja. Bisa dipahami bila kredit dari BPR-BPR, BKK, TPSP (Tempat Pelayanan Simpan Pinjam-KUD) amat membantu modal kerja mereka. Kedua, bagi PK dengan omset antara Rp 50 juta hingga Rp 1 milyar, tantangan yang dihadapi jauh lebih kompleks. Umumnya mereka mulai memikirkan untuk melakukan ekspansi usaha lebih lanjut. Berdasarkan pengamatan Pusat Konsultasi Pengusaha Kecil UGM, urutan prioritas permasalahan yang dihadapi oleh PK jenis ini adalah (Kuncoro, 1997): (1) Masalah belum dipunyainya sistem administrasi keuangan dan manajemen yang baik karena belum dipisahkannya kepemilikan dan pengelolaan perusahaan; (2) Masalah bagaimana menyusun proposal dan membuat studi kelayakan untuk memperoleh pinjaman baik dari bank maupun modal ventura karena kebanyakan PK mengeluh berbelitnya prosedur mendapatkan kredit, agunan tidak memenuhi syarat, dan tingkat bunga dinilai terlalu tinggi; (3) Masalah menyusun perencanaan bisnis karena persaingan dalam merebut pasar semakin ketat; (4) Masalah akses terhadap teknologi terutama bila pasar dikuasai oleh perusahaan/grup bisnis tertentu dan selera konsumen cepat berubah; (5) Masalah memperoleh bahan baku terutama karena adanya persaingan yang ketat dalam mendapatkan bahan baku, bahan baku berkulaitas rendah, dan tingginya harga bahan baku; (6) Masalah perbaikan kualitas barang dan efisiensi terutama bagi yang sudah menggarap pasar ekspor karena selera konsumen berubah cepat, pasar dikuasai perusahaan tertentu, dan banyak barang pengganti; (7) Masalah tenaga kerja karena sulit mendapatkan tenaga kerja yang terampil.

  • Mencari Strategi Pemberdayaan Yang Tepat

Strategi pemberdayaan yang telah diupayakan selama ini dapat diklasifikasikan dalam:

  • Aspek managerial, yang meliputi: peningkatan produktivitas/omset/tingkat utilisasi/tingkat hunian, meningkatkan kemampuan pemasaran, dan pengembangan sumberdaya manusia.
  • Aspek permodalan, yang meliputi: bantuan modal (penyisihan 1-5% keuntungan BUMN dan kewajiban untuk menyalurkan kredit bagi usaha kecil minimum 20% dari portofolio kredit bank) dan kemudahan kredit (KUPEDES, KUK, KIK, KMKP, KCK, Kredit Mini/Midi, KKU).
  • Mengembangkan program kemitraan dengan besar usaha baik lewat sistem Bapak- Anak Angkat, PIR, keterkaitan hulu-hilir (forward linkage), keterkaitan hilir-hulu (backward linkage), modal ventura, ataupun subkontrak.
  • Pengembangan sentra industri kecil dalam suatu kawasan apakah berbentuk PIK (Pemukiman Industri Kecil), LIK (Lingkungan Industri Kecil), SUIK (Sarana Usaha Industri Kecil) yang didukung oleh UPT (Unit Pelayanan Teknis) dan TPI (Tenaga Penyuluh Industri).
  • Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB (Kelompok Usaha Bersama), KOPINKRA (Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan).

Harus diakui telah cukup banyak upaya pembinaan dan pemberdayaan usaha kecil yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang concern dengan pengembangan usaha kecil. Hanya saja, upaya pembinaan usaha kecil sering tumpang tindih dan dilakukan sendiri-sendiri. Perbedaan persepsi mengenai usaha kecil ini pada gilirannya menyebabkan pembinaan usaha kecil masih terkotak-kotak atau sector oriented, di mana masing-masing instansi pembina menekankan pada sektor atau bidang binaannya sendiri- sendiri. Akibatnya terjadilah dua hal: (1) ketidakefektifan arah pembinaan; (2) tiadanya indikator keberhasilan yang seragam, karena masing-masing instansi pembina berupaya mengejar target dan sasaran sesuai dengan kriteria yang telah mereka tetapkan sendiri. karena egoisme sektoral/departemen, dalam praktek sering dijumpai terjadinya “persaingan” antar organisasi pembina. Bagi pengusaha kecil pun, mereka sering mengeluh karena hanya selalu dijadikan “obyek” binaan tanpa ada tindak lanjut atau pemecahan masalah mereka secara langsung. Dalam konteks inilah, usulan Assauri (1993) untuk mengembangkan interorganizational process dalam pembinaan usaha kecil menarik untuk kita simak. Dalam praktek, struktur jaringan dalam kerangka organisasi pembinaan usaha kecil semacam ini dapat dilakukan dalam bentuk inkubator bisnis dan PKPK (Pusat Konsultasi Pengusaha Kecil). PKPK adalah ide dari Departemen Koperasi dan PPK, yang diharapkan dapat berfungsi sebagai wadah pengembangan pengusaha kecil menjadi tangguh dan atau menjadi pengusaha menengah melalui kerjasama dengan perguruan tinggi dan koordinasi antar instansi. Saat ini tercatat sudah ada 16 PKPK di Indonesia, yang tersebar di  propinsi, yang konon diperluas hingga 21 perguruan tinggi pada 18 propinsi. Kegiatan semacam ini ini merupakan suatu terobosan yang tepat mengingat potensi pengusaha kecil di Indonesia sangat memungkinkan untuk dikembangkan

3.2       Pengambilan Resiko Dan Manajemen Strategik Usaha Kecil

Para wirausaha merupakan pengambil resiko yang sudah diperhitungkan. Mereka bergairah menghadapi tantangan. Wirausaha menghindari situasi risiko rendah karena tidak ada tantangannya dan menjauhi situasi risiko tinggi, karena mereka ingin berhasil. Mereka menyukai tantangan yang dapat dicapai.

Apakah Situasi Berisiko itu?

Situasi berisiko terjadi jika anda diminta membuat pilihan antara dua alternatif atau lebih, yang bakal hasilnya tidak diketahui dan harus dinilai secara obyektif. Situasi ini mengandung potensi kegagalan dan potensi sukses. Semakin besar kemungkinan kerugian, semakin besar risikonya. Kebanyakan ciri-ciri wirausaha saling berkaitan.  Hal ini lebih-lebih berlaku pada perilaku pengambilan risiko.  Beberapa kaitan itu antara lain demikian: Pengambilan risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam mengubah ide menjadi realitas. Pengambilan risiko berkaitan dengan kepercayaan pada diri sendiri Pengetahuan realistik mengenai kemampuan-kemampuan anda sendiri juga penting. Dalam mengambil keputusan perlu adanya suatu alternatif yang harus diambil, yaitu alternatif yang “mengandung risiko” atau alternatif “konservatif” tergantung pada:

  1. Daya tarik setiap alternatif
  2. Sejauh mana anda bersedia rugi
  3. Kemungkinan relatif sukses dan gagal
  4. Seberapa jauh anda meningkatkan.

Kebanyakan ciri-ciri wirausaha saling berkaitan, antara lain: Pengambilan risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovatif, Pengambilan risiko berkaitan dengan kepercayaan pada diri sendiri, Pengetahuan realistik.

Pengambilan Risiko Pribadi

Hal yang hakiki dalam merealisasi potensi anda sendiri sebagai wirausaha.

Contohnya: pengambilan risiko dalam hubungan pribadi dengan istri, teman-teman dan tetangga akan membantu anda memperoleh pengalaman untuk menilai serta mengambil risiko dan mengelakkan risiko yang kecil ganjaran potensialnya.

  • Mengembangkan Ide-ide Kreatif

          Pengambilan risiko dan kreativitas merupakan dua ciri penting para wirausaha.  Dengan berusaha menjadi lebih kreatif, anda juga menjadi lebih sadar akan ide-ide yang baik, maka anda akan lebih siap mengambil risiko yang perlu untuk melaksanakan ide-ide anda yang paling produktif.Jangan pernah memaksakan ide anda pada seseorang. Orang memerlukan waktu sebelum dapat menerima sesuatu yang baru. Ide yang melibatkan masa depan organisasi mengandung risiko. Setiap ada rsiko biasanya orang agak ragu-ragu. Untuk mengurangi risiko ditolaknya suatu ide, saran-saran berikut mungkin dapat menolong:

  • Coba utarakan ide anda kepada isteri atau teman-teman anda
  • Pilihlah tempat dan waktu untuk mengemukakan ide anda kepada orang lain.
  • Kemukakan ide anda sedikit demi sedikit
  • Tipologi Pengambil Risiko

            Pada tingkat-tingkat bawah organisasi dibutuhkan pekerja-pekerja yang terampil dalam melaksanakan hal-hal yang rutin, yang sedikit saja risikonya.  Pada tingkat manajemen menengah terdapat lebih banyak kemungkinan untuk pengambilan risiko.

Mendelegasikan Wewenang dan TanggungJawab

         Seorang pemimpin harus bisa mengarahkan kegiatan-kegiatan orang dalam usaha mencapai tujuan-tujuan perusahaan. Dan sebagai seorang pemimpin organisasi harus bersedia memberikan wewenang dan tanggungjawab kepada staf dalam kegiatan.

            Pengambilan risiko khususnya penting dalam mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada staf anda.  Mengijinkan orang lain berperanserta dalam kewenangan anda merupakan ciri dari wirausaha dan berbakat maju.  Semakin banyak anda dapat mendelegasikan wewenang secara berhasil, semakin banyak waktu anda untuk menangani kegiatan-kegiatan yang paling berpengaruh atas keberhasilan masa depan organisasi anda.

Melaksanakan Perubahan

Dalam setiap kegiatan pertama-tama anda harus dapat menentukan apakah terkandung risiko, kekuatan, posisi dan kewenangan anda akan mendapat tantangan.  Jika anda tahu bahwa ada sesuatu yang salah dalam bisnis anda, anda haruslah dapat menilai situasi itu secara realistic dan mencoba memecahkannya, Anda haruslah bersedia mengambil tindakan korektif yang diperlukan, yang mungkin akan mengandung risiko tertentu.

Kemampuan mengambil risiko seorang wirausaha akan ditingkatkan oleh: Keyakinan pada dirinya, kesedian dalam menggunakan kemampuan, kemampuan dalam menilai situasi, menghadapi situasi risiko sesuai tujuan. Inovasi dalam bisnis yang menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas lebih tinggi adalah hasil dari tindakan para wirausaha, yang bersedia menerima tantangan-tantangan lebih besar dan memikul risiko yang sudah diperhitungkan.

Mengevaluasi Risiko

      Data kuantitatif (angka-angka) akan membantu anda mengevaluasi setiap risiko dan menetapkan tujuan-tujuan anda dan juga memungkinkan anda menggariskan kemajuan secara sistematis.  Akhirnya melalui data kuantitatif, anda akan mampu mengukur hasil-hasil yang dicapai dalam hubungan dengan ide-ide semula anda. Evaluasilah kebutuhan-kebutuhan sebelum memutuskan untuk mengambil risiko. Ada beberapa pertanyaan sebelum memutuskan untuk mengambil risiko, sebagai berikut:

Apakah risiko itu sepadan dengan hasilnya?

Bagaimanakah risiko dapat dikurangi?

Informasi apakah yang diperlukan sebelum risiko di ambil?

Orang-orang dan sumber-sumber daya manakah yang dapat membantu mengurangi risiko dan dan mencapai tujuan?

Mengapa risiko ini penting?

Apakah kekuatan anda dalam mengambil risiko ini?

Apakah anda bersedia berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan ini?

Apakah yang akan dapat anda capai dengan mengambil risiko itu?

Bagaimana anda dapat mengetahui secara kuantitatif bahwa tujuan anda telah tercapai?

Apakah halangan-halangan terbesar dalam mencapai tujuan ini?

Dalam bisnis, seperti juga dalam hidup , jelas tidak mungkin mengelakkan risiko.  Jika anda mengambil risiko, anda akan menemukan kemampouan anda dan akan lebih yakin pada diri sendiri dan pandangan anda terhadap pengambilan risiko akan lebih positif, karena anda percaya pada kemampuan-kemampuan anda.  Dan anda menerima risiko sebagai tantangan-tantangan yang menuntut upaya-upaya anda yang terbaik dalam mencapai tujuan.

Contoh Pengambilan Risiko

Meskipun pengambilan risiko merupakan suatu gaya perilaku, pengambilan risiko dengan penuh perhitungan merupakan suatu keterampilan yang dapat ditingkatkan.  Berikut ini adalah prosedur-prosedur untuk menganalisis sebuah situasi risiko.:

Taksiran Risiko itu, tujuan dan sasaran, telitilah Alternatif, kumpulkan Informasi dan ukurlah Alternatif-alternatif, bagaimana meminimkan Risiko? Rencanakan dan Laksanakan Sebuah Alternatif

  1. Taksiran Risiko Itu

Langkah pertama adalah menaksir ada tidaknya risiko di dalam nyayakni apakahterdapat potensi rugi dalam memilih sebuah alternative.  Pilihan-pilihan anda adalah:

  • Tetaplah pada tingkat permintaan anda yang sekarang
  • Membeli peralatan lebih banyak untuk memenuhi permintaan
  • Menyewa peralatan untuk memenuhi permintaan
  • Mensubkontrakkan kepada pembikin-pembikin yang lebih kecil.
  1. Tujuan dan sasaran

Sasaran sebuah perusahaan mungkin dirumuskan: mencapai pertumbuhan yang pelan-pelan, atau pertumbuhan mantap, atau tidak tumbuh atau pertumbuhan dalam bidang produk lain.  Andalah yang harus memutuskan apakah risiko yang muncul itu taat azas dengan tujuan dan sasaran anda.  Jika taat azas, proses pengambilan keputusan diteruskan; dan lakukanlah penaksiran alternative yang rinci.

  1. Telitilah Alternatif

Pengambilan risiko tertentu (yakni keputusan untuk meluaskan produksi) konsisten dengan sasaran-sasaran perusahaan anda, maka langkah berikutnya adalah mengadakan survai atas pelbagai alternative.

Beberapa pertanyaan bagi anada yamg ingin teliti dalam alternatif :

  • Apakah sebuah alternative akan menyita usaha pribadi anda?
  • Apakah kegagalan akan menjatuhkan prestise social?
  • Anda perlu menentukan biaya keuangan dan biaya-biaya lain untuk setiap alternative yang dapat dijalankan
  1. Kumpulkan Informasi dan Ukurlah Alternatif-alternatif

Tahap berikutnya adalah mengumpulkan informasi secara intensif sehingga penaksiran setiap kemungkinan realistic dapat dibuat secara realistic. Pelbagai akibat sebaiknya ditelusuri terus dengan kesimpulan-kesimpulan logisnya. Jika permintaan mendekati titik kejenuhan, apakah modifikasi produk mendorong kenaikan permintaan di pasar baru?

Apakah terdapat pasar-pasar baru jika kegiatan persaingan mengurangi bagaian pasar yang sekarang?

Dapatkan peralatan mesin dimodifikasi dengan mudah untuk membuat produk-produk lain?

Apakah ada kemungkinan para pembekal dan sub kontraktor menaikkan harga-harganya jika permintaan bertambah?

  • Meminimkan Risiko

Langkah yang menentukan berisikan penaksiran secara realistic tentang sejauh mana anda dapat mempengaruhi keadaan.  Hal ini mengandung unsur-unsur:

  • Kesadaran yang jelas tentang kemampuan-kemampuan anda dan kekuatan perusahaan
  • Kreativitas dalam menentukan cara mengubah keadaan (demi keuntungan anda)
  • Kemampuan merencanakan taktik dan strategi untuk mewujudkan perubahan itu; dan
  • Dorongan, energi dan antusiasme untuk melaksanakan strategi itu.
  • Rencanakan dan Laksanakan Sebuah Alternatif

Sekali sebuah alternative telah dipilih, maka disusunlah sebuah rencana untuk pelaksanaannya.  Rencana ini mengandung sebuah :

  • Jadual waktu,
  • Rumusan tujuan yang jelas
  • Seperangkat rencana darurat untuk pelbagai hasil yang mungkin terjadi
  • Sebuah proses umpan balik
  • Manajemen Strategik

Adalah proses pengembangan suatu rencana bisnis untuk menuntun perusahaan sewaktu berjuang mencapai misi, tujuan, dan cita-cita serta untuk menjaga arah tujuan yang diinginkan.

Prosedur Manajemen Strategis Perusahaan Kecil, meliputi :

  1. Gunakan horizon perencanaan yang relatif.
  2. Tidak formal dan tidak terstruktur
  3. Dorong peran karyawan dan pihak luar
  4. Jangan mulai penetapkan cita-cita
  5. Fokuskan pada berpikir strategi

Proses Manajemen Strategis terdiri dari 10 langkah:

  1. Kembangkan suatu visi yang jelas dan terjemahkan menjadi pertanyaan
    1. misi yang mempunyai arti.
  2. Definisikan kompetensi inti perusahaan
  3. Berikan penilaian mengenai kekuatan
  4. Perhatikan sekeliling untuk mendapatkan peluang
  5. Identifikasikan faktor-faktor kunci untuk keberhasilan bisnis
  6. Analisa para pesaing
  7. Ciptakan tujuan dan cita-cita perusahaan
  8. Fomulasikan pilihan-pilihan strategis
  9. Jabarkan perencanaan strategis
  10. Tetapkan suatu pengendalian yang cermat

Unsur – unsur Pernyataan Misi

  1. Apa dasar kepercayaan dan nilai organisasi kita? Apa yang kita bela?
  2. Siapa pelanggan sasaran kita?
  3. Apa produk dan jasa pokok kita? Apa yang diperlukan tau diinginkan

    pelanggan agar mereka puas?

  1. Bagimana agar kita dapat lebih memuaskan kebutuhan atau keinginan

    mereka?

  1. Mengapa pelanggan berurusan dengan kita bukan dengan pesaing?
  2. Apa yang mengandung nilai bagi pelanggan? Bagaimana kita dapat

    menawarkan nilai yang lebih baik?

  1. Apa keunggulan bersaing kita? Apa sumber-sumbernya?
  2. Dalam pasar yang bagaimana kita akan memilih untuk bersaing?
  3. Siapa yang berkepentingan dengan perusahaan kita?
  4. Apa manfaat yang harus dapat kita berikan pada pelanggan 5 tahun terakhir?

3.3       Cara Membuat Rencana Bisnis Untuk Usaha Kecil dan Menengah

Beberapa cara membuat rencana bisnis untuk usaha kecil dan menengah :

( Langkah 1) Have a VISI untuk Usaha Kecil dan Menengah. What do you want to do? Apa yang dimaksud dengan niche khusus atau demografis ingin Anda setelah melakukan? Visi harus fokus, jelas, singkat, dan sangat spesifik. Tanpa visi yang jelas untuk Anda usaha kecil, Anda akan menembak ke sana-sini. Anda harus menghabiskan banyak waktu dan pemikiran dalam menciptakan visi yang jelas untuk usaha kecil. Perusahaan-perusahaan besar – dan jika Anda menjadi sebuah bisnis besar – memiliki kemewahan pemasaran sendiri ke banyak demografis. Think jumlah demografis Coca Cola ke pasar. Anda, di sisi lain, sebagai pemilik usaha kecil, perlu pergi setelah satu atau dua sangat spesifik niches agar dapat berhasil. Yang membawa kita ke langkah 2.

(Langkah 2) Membuat TUJUAN KEUANGAN BULANAN. Berapa banyak uang yang anda perlukan untuk membuat di Januari? di bulan Februari? Pada semua bulan dalam setahun untuk melakukan investasi senilai sedangkan Anda? Ini harus realistis keuangan berdasarkan tujuan atas tujuan-tujuan pemasaran. Memiliki tujuan dengan masing-masing Anda melakukan strategi pemasaran dan melacak tujuan Anda untuk melihat apakah mereka datang ke hasil. Jika tidak, memodifikasi sarana pencapaian tujuan. Don’t be a pie-in-the-sky dreamer yang berpikir bahwa mereka 15 brosur di toko grocery lokal akan mendatangkan pendapatan $ 10,000 pada bulan Desember misalnya. Entrepreneurialism adalah untuk realists – tidak idealists. Yang membawa kita ke langkah 3.

( Langkah 3) Rincian pengeluaran Anda BULANAN. Apa yang akan Anda biaya akan di Januari? di bulan Februari? pada semua bulan dalam setahun? Biaya ini harus rinci dan seakurat mungkin. Menyiapkan berbagai kategori dan subkategori untuk setiap pengeluaran. Yang membawa kita ke langkah 4.

( Langkah 4) Anda akan bertanggung jawab untuk rencana bisnis untuk sepanjang tahun, khususnya untuk bulanan dan tahunan pendapatan serta pengeluaran Anda. Mengubah strategi pemasaran yang dapat dimengerti jika tidak memukul tujuan setelah 3 bulan, namun tujuan keuangan tahunan harus tetap konsisten.

  • Arti Penting Rencana Bisnis

Tiga perempat dari usaha kecil gagal dalam dua atau tiga tahun pertama. Pemilik usaha yang menyiapkan sebuah rencana bisnis, perencanaan struktur dan strategi bisnis sebagai fungsi dari masing-kegiatan bisnis, lebih memungkinkan untuk mencapai keberhasilan dan menghindari kegagalan. Bahkan jika mereka tidak gagal, mereka akan membuat lebih banyak keuntungan daripada jika mereka tidak memiliki perencanaan. Rencana bisnis bukan hanya urusan meminjam uang. Satu-satunya hal yang seringkali dijadikan alasan pemilik membuat bisnis plan hanya ketika mereka berniat pergi ke bank atau investor untuk meminta uang. Setelah persyaratan pinjaman beres, maka rencana tiggal rencana, tanpa pernah mereka tinjau lagi. Sebuah rencana bisnis resmi memiliki beberapa elemen umum tanpa memperhitungkan sifat bisnis Anda. Ketika Anda lebih cepat belajar dan menguasai elemen-elemen ini, maka Anda akan lebih cepat mendapatkan kontrol dari bisnis Anda dan langsung terhadap profitabilitas yang lebih tinggi.

  1. Ringkasan Eksekutif

Hal ini lebih dari sekedar pengenalan, adalah versi yang lebih pendek dari seluruh rencana bisnis. Jika Anda sedang melakukan presentasi rencana Anda ke pihak ketiga, orang-orang yang membaca ringkasan Anda harus dapat memahami bisnis Anda, tanpa perlu membaca rencana lebih lanjut.

  1. Sekilas Perusahaan

Unsur ini menjelaskan bisnis Anda secara garis besar:

  • Sifat dari bisnis Anda
  • Kunci faktor industri Anda
  • Pelanggan Anda
  • Produk dan layanan yang ingin Anda kembangkan
  1. Lingkungan bisnis

Di sini Anda ingin menjelaskan sifat iklim usaha di mana Anda beroperasi, maka rencana bisnis Anda harus dilengkapi:

  • Arah di pasar yang Anda bergerak
  • Apa yang pelanggan Anda cari
  • Kondisi bisnis
  • Sifat dari persaingan
  • Peluang yang Anda lihat
  • Ancaman yang anda
  • Sebuah penjelasan tentang bagaimana Anda berencana untuk berhasil
  1. Deskripsi Perusahaan

Dalam bagian ini akan mencakup apa yang perusahaan Anda tawarkan ke pasar. Menggambarkan kekuatan perusahaan dan bagaimana agar perusahaan Anda tidak tersingkir dari pesaing. Karenanya, rencana bisnis Anda perlu memeriksa area berikut:

  • Manajemen dan struktur organisasi
  • Produk dan layanan
  • Teknologi baru yang diadopsi oleh bisnis Anda
  • Operasional kemampuan
  • Pemasaran kemampuan
  • Keuangan personil dan sumber daya
  1. Strategi Perusahaan

Unsur ini menggambarkan strategi perusahaan Anda, meliputi:

  • Strategi pemasaran untuk meningkatkan dan memperluas bisnis anda
  • Produk dan layanan baru strategi pembangunan
  • Operasional strategi untuk meningkatkan kecepatan, kualitas dan biaya
  • Strategi baru pengembangan karyawan untuk memenuhi kebutuhan bisnis
  • Strategi keuangan menyiapkan strategi bisnis Anda untuk peluang baru

Rencana bisnis Anda harus menjelaskan bagaimana strategi bisnis akan mempengaruhi masa depan bisnis Anda, dan juga harus ada program alternatif tindakan jika terjadi perubahan iklim usaha.

  1. Ikhtisar Keuangan

Rencana bisnis perlu dilengkapi laporan keuangan yang menggambarkan saat ini dan masa depan,  prediksi keuangan yang didukung oleh strategi yang sebelumnya dan asumsi yang dibuat. Dasar laporan keuangan untuk “saat ini” dan “masa depan” meliputi:

  • Pendapatan
  • Neraca
  • Cash-flow
  1. Rencana taktis

Rencana taktis yang meletakkan bagaimana Anda berniat untuk menjalankan rencana bisnis Anda. Mengidentifikasi:

  • Langkah utama
  • Siapa yang bertanggung jawab
  • Jangka waktu yang telah ditetapkan untuk menyelesaikan rencana
  • Sumber daya yang Anda butuhkan

4.1       Simpulan

Secara lebih spesifik, masalah dasar yang dihadapi pengusaha kecil adalah: kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar, kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia, keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran, iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan, pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil. Lemahnya kemampuan manajerial dan sumberdaya manusia ini mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik. Oleh karena itu wirausahawan dan pengusaha kecil khususnya perlu manajemen strategic untuk mempertahankan dan memenangkan persaingan yang semakin kompleks.

4.2       Saran

  • Pengusaha dan manajer perlu mengenal diri sendiri, mengetahui kekuatan maupun kelemahannya sehingga mampu mengaktualisasikan potensi dirinya sendiri secara optimal dan seimbang.
  • pengusaha perlu menguasai teknik-teknik manajemen, baik di bdang produksi maupun pemasaran, setidak-tidaknya atau lebih baik dalam rangka memajukan perusahaan, pengusaha bisa memanfaatkan keahlian-keahlian teknis manajemen.
  • pengusaha perlu juga menambah pengetahuan dan selalu berusaha mengikuti perkembangan dengan mendapatkan dan memperhatikan informasi dan bersikap tanggap.
  • kerjasama di lingkungan perusahaan dalam pembagian kerja yang serasi merupakan kunci kemajuan bersama. Termasuk di dalamnya, soal memperbaiki suasana kerja, merupakan hal yang perlu diperhatikan.
  • pengusaha yang ingin maju haruslah percaya pada organisasi dan cara kerja yang teratur.
  • kerjasama melalui organisasi di luar perusahaan, merupakan kebutuhan mutlak dalam situasi yang berkembang cepat itu, juga dalam rangka membentuk kekuatan di lingkungan usahanya.
  • disiplin untuk membuat dan mentaati rencana, merupakan ciri pula pada pengusaha yang ingin maju. Dan akhirnya, kontrol terhadap orang lain dan diri sendiri merupakan faktor yang bisa melindungi pengusaha dari kesulitan yang mungkin timbul.

SEDERHANANYA “MARKETING MIX”

marketing mix (4P + 3P) adalah sebagai berikut :

  1. PRODUCT

Konsep produk yang paling utama adalah bagaimana produk yang ditawarkan dapat memenuhi kebutuhan, harapan/ekspektasi, dan juga willingness to pay dari konsumen dalam kerangka produk sebagai customers solution. Untuk mewujudkan ini semua, diperlukan produk yang berkualitas sebagai modal dasar dalam memenangi persaingan (quality speaks itself).

2.       PRICE

Dalam dunia akuntansi, harga merupakan turunan dari biaya dan juga keuntungan yang diinginkan sehingga secara tidak langsung dapat diartikan bahwa harga berbanding lurus dengan kualitas. Melalui konsep sesederhana inilah mobil-mobil keluaran eropa cenderung mempunyai harga diatas mobil-mobil dari jepang. Hal ini tidaklah mengherankan karena paling tidak mobil eropa unggul dalam dua hal dibandingkan mobil jepang yakni dari aspek lutionkenyamanan dan keamanan (price speak quality)

Namun saat ini kita juga dibuat terkaget-kaget dengan sepak terjang produk cina di pasaran. Hampir semua jenis/kategori produk berhasil dimasuki oleh produk cina. Pada Produsen cina sangat jeli melihat peluang bisnis yang belum tergarap sempurna namun sangat prospektif dari segi jumlah permintaan (demand). Mereka pada awalnya sangat meyakini bahwa pada dasarnya market low end masih “terbuka menganga” dan saat ini belum banyak (bisa dikatakan tidak ada) yang mengakomodir. Contoh kasus yang paling dekat adalah di Industri telepon genggam (handphone). Lihatlah bagaimana produk handphone cina sudah sangat “megang” pasar di Indonesia. Merek-merek kenamaan yang sudah mapan seperti Nokia, blackberry, sony, apple-iphone dibuat ketar-ketir dengan penetrasi pasar produk cina. Ketika pemain besar mengeluarkan item produk baru dengan suatu fitur unggulan, maka dapat di pastikanhandphone cina akan mengeluarkan hal yang serupa (mirip) dengan harga sampai setengahnya dalam hitungan hari/minggu. Coba kita amati dengan seksama bagaimana handphone cina ini sudah punya fitur chat layaknya blackberry, penampilan slim, touch screen  dan dalam desain tablet layaknya produk keluaran apple. Jadi kesimpulannya, harga tinggi ataupun harga rendah sama-sama applicable tergatung market yang hendak dibidik

3.       PLACE

Place dalam konteks ini lebih mengarah kepada ketersediaan dan penempatan produk. Ibarat pepatah mengatakan “posisimenentukan prestasi”, maka komponen place menjadi sesuatu yang juga sangat vital. Dengan semakin berkembangnya teknologi, akses konsumen terhadap suatu barang tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Saat ini banyak ditemui penjual yang menawarkan barangnya tidak melalui toko konvensional namun sudah secara online di dunia maya. Aksesibiliti yang semakin baik terhadap dunia IT menyebabkan transformasi besar terhadap bagaimana dan dimana barang dijual serta bagaimana cara konsumen mengakses dan melakukan pemesanan.

4.       PROMOTION

In line dengan poin no 3, promosi untuk barang/jasa saat ini sudah sangat berubah dibandingkan 10-20 tahun yang lalu. Survey membuktikan bahwa saat ini sebagai besar konsumen menghabiskan lebih dari 12 jam/hari didepan internet melalui berbagai macam sarana seperti smart phone, netbook, ipad, tablet, dll sehingga banyak penjual maupun perusahaan periklanan yang mulai merambah dunia maya agar memperoleh perhatian yang lebih besar dari konsumen yang mereka bidik.

Saat ini hampir semua penjual atau produsen menyadari adanya transformasi informasi yang dapat menekan biaya promosi untuk barang/jasa. Sarana yang paling banyak digunakan adalah melalui “opensource”. Kita bisa lihat bagaimana promosi begitu gencarnya di ranah public yang sifatnyaopensource seperti facebook, twitter,skype, dll

5.       PEOPLE

Dengan semakin banyaknya jumlah produk/jasa dengan spesifikasi yang hampir mirip dipasaran, diperlukan personal touch dari pihak penjual/perusahaan dalam membina hubungan dengan konsumennya. Semua ini harus dilakukan karena make your customer satisfied is not enough, we need to make them delightful. Dengan tidak berimbangnya supply dibandingkan demand, maka bisnis saat ini sudah seperti “tukang jahit” dimana penjual/perusahaan harus mengidentifikasi secara detail kebutuhan setiap konsumen (minimal per segmennya). Untuk mewujudkan ini semua diperlukan karyawan yang berkualitas yang pastinya juga dilahirkan dari sebuah sistem yang baik (recruiting, training, motivation, rewards, teamwork, and education training)

6.       PROCESS

“Output” yang baik sealu diperoleh dari “proses” yang baik pula. Inti dari konsep ini adalah bagaimana perusahaan mendapatkan customer dengan memperhatikan beberapa aspek penting seperti efektivitas & efisiensi aktivitas perusahaan, standarisasi yang jelas dari suatu produk,proses penciptaan keunikan dari suatu barang, dll.

7.       PHYSICAL EVIDENCE

Dengan semakin ketatnya persaingan yang ditandainya dengan banyaknya alternatif akan suatu barang, penjual/perusahaan harus mampu meyakinkan konsumen lewat penampilan luar (outfit). Hal ini dirasakan logis sebab konsumen pun dalam hal ini tidak mempunyai cukup waktu untuk menganalisis dan menentukan suatu pilihan barang/jasa. Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh penjual/perusahaan dalam hal ini adalahbenchmarking yang sempurna terhadap satu  Inti dari kosep ini adalah bagaimana perusahaan meyakinkan konsumen, antara lain dengan facility design, equipment, employee dress, business card, dll. Hasil yang ingin dicapai dalam hal ini adalah memenangi hati/pilihan konsumen dalam waktu yang terbatas (good first impression)

GALERI ALEXANDIKA WEDDING ORGANIZER BY ANPIAN CV (WO&ENTERPRISE)

ALEXANDIKA Wedding Organizer Jadikan Momen Bahagia Anda Penuh Kesan dan Lebih Cantik”

Anpian wedding Organizer resmi didirikan pada tahun 1988 oleh Hj Entin Kartini yang kantor managementnya beralamat di Jl. Otista No. 4 Panyingkiran Ciamis, kemudian menambah cabang dengan nama Alexandika WO untuk memenuhi keinginan konsumen yang melangsungkan pesta pernikahan tanpa harus repot mencari dan berkoordinasi sendiri dengan para penyedia jasa pendukung pesta pernikahan yang cukup banyak dan menghabiskan banyak waktu. Target market dari Anpian wedding Organizer adalah untuk semua kalangan dari mulai menengah keatas. Jasa yang diberikan oleh Anpian wedding organizer adalah untuk mempermudah dan mempercepat proses pencarian dan penentuan vendor – vendor pendukung lainnya serta juga mengkoordinasi vendor – vendor tersebut agar semaksimal mungkin memberikan apa yang konsumen inginkan pada hari bahagianya tersebut dimana Anpian wedding organizer berperan sebagai penghubung sekaligus tangan kanan konsumen dan para vendor pendukung yang juga ikut berperan dalam kesuksesan suatu pesta pernikahan.

Dengan prestasi Anpian wedding organizer yang selalu memberikan kesuksesan dan kepuasan dalam setiap event wedding yang dikerjakan untuk klien dan kerjasama yang baik dengan vendor – vendor pendukung, maka Anpian wedding organizer semakin dikenal masyarakat dan menjalin kerjasama yang erat dengan penyedia jasa lainnya.

Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin membutuhkan segala hal secara praktis dan mudah tidak hanya dalam acara pernikahan, maka semakin banyak juga perusahaan yang mulai menggunakan jasa wedding organizer untuk membantu penyelenggaraan suatu event. Dikarenakan banyaknya permintaan dari konsumen, maka Anpian wedding organizer mulai melayani penanganan event corporate pada tahun 2009 dan terus berlanjut hingga sekarang.

Fasilitas wedding service yang ditawarkan Anpian Wedding Organizer

  1. Bridal Meliputi :
    1. Make-Up Mempelai
    2. Make-Up 2 orang tua mempelai
    3. Make-Up pengapit
    4. gaun Pengantin Ready Stock
    5. Gaun Pengapit
    6. Test Make-Up
    7. Retouch
  2. Catering and Cake, Meliputi :
    1. Wedding cake
    2. 2 pcs cake dengan diameter 18 cm
    3. Catering sesuai dengan demand
  3. Master Of Ceremony
  4. Entertainment and Band, Meliputi :
    1. 4000 watt sound system
    2. 2-3 penyanyi
    3. 2 mic wireless dan mixer
  5. Lighting, Meliputi :
    1. 12 lampu par
    2. 4 moving head
    3. 2 follow spot
    4. 2 flod halogen
  6. Photo Documentation,Meliputi :
    1. 2 album photo magazine dokumentasi 10 R
    2. 1 album photo candid 10 R
    3. 20 lembar photo expose family picture
    4. CD for File
  7. Video Dokumentasi, Meliputi :
    1. 2 Profesional Camera
    2. Edited with candid concept documentation
    3. 2 set master DVD
  8. Dekorasi, Meliputi :
    1. Dekorasi panggung standar 18m bunga campur
    2. Standing flowers & gate
    3. Dekorasi satu kamar pengantin
    4. Korsase mempelai pria dan pengapit pria
    5. Taman
    6. Hanbouquet mempelai wanita dan pengapit wanita
    7. 4 pcs korsase orang tua
    8. 16 pcs korsase keluarga
  9. Weeding Car

Silakan menghubungi kami di BLOG ini atau sms: 085323237171

Sample Picture:

54

5

60

DSC_0191

88

Rotation of DSC_0019

DSC_7826

M2P_1972

DSC_7916

76803_409540362444462_1181262022_n

11

DSC_0191

SETTING THE PRODUCT AND BRANDING STRATEGY (ANALISIS IMPLEMENTASI STRATEGI REPOSISI MEREK DAN BRAND EQUITY)

Introduction

Ketatnya persaingan di era globalisasi sekarang ini semakin mengarahkan sistem perekonomian ke arah mekanisme pasar, dimana para pemasar harus selalu mengembangkan dan menguasai pasar. Hal tersebut membuat setiap perusahaan, baik yang memproduksi barang maupun jasa untuk lebih siap lagi dengan segala strategi perusahaan untuk memenangkan persaingan. Salah satu strategi perusahaan tersebut adalah “merek”.

Berbagai penelitian tentang merek dilakukan mulai dari konsep luas dari ekuitas merek sampai dengan pengukuran masing-masing bagian dari ekuitas merek tersebut. Menurut Kotler (2003) merek adalah nama, istilah, tanda, simbol atau desain atau kombinasi dari semuanya dengan tujuan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dari produsen dan untuk membedakannya dengan pesaing. Merek adalah janji yang diberikan produsen untuk menyampaikan serangkaian fitur, keuntungan dan pelayanan kepada konsumen.

Penelitian tentang loyalitas pada merek sudah banyak dilakukan. Namun demikian, loyalitas pada merek masih memerlukan kajian secara lebih mendalam. Strategi pemasaran sesungguhnya strategi membangun merek di benak konsumen. Jika kita mempunyai kemampuan untuk membangun merek, artinya kita mempunyai program pemasaran yang tangguh. Strategi lain untuk membangun merek adalah dengan memberdayakan merek lini produk. Merek lini produk merupakan strategi meletakkan nama merek pada sebuah lini produk yang berhubungan. Merek lini produk berfokus dan memberikan keunggulan biaya dengan mempromosikan lini produk daripada masing-masing produk. Strategi ini efektif jika perusahaan mempunyai satu atau lebih lini produk yang masing-masing mengandung sebuah hubungan antara item-item produk tersebut. Satu keunggulan merek lini produk adalah penambahan item-item produk dapat dikenalkan dengan memberdayakan nama merek yang telah dibangun.Strategi yang digunakan perusahaan besar untuk membangun merek, biasanya dengan menggunakan merek perusahaan. Merek perusahaan merupakan strategi membangun identitas merek menggunakan nama perusahaan untuk mengidentifikasi produk yang dihasilkan.

Produk – produk perusahaan dengan merek yang sudah ”mapan” (establish brand) juga mengalami kondisi persaingan yang sama beratnya dengan produk-produk bermerek baru ataupun merek yang kurang populer. Sehingga merek yang sudah mapan harus berjuang agar tidak kalah dengan merek-merek  yang baru. (Kumar,2005). Dari perspektif konsumen, merek yang terpercaya merupakan jaminan atas konsistensi kinerja suatu produk dan menyediakan manfaat yang dicari konsumen ketika membeli produk atau merek tertentu. Merek juga merupakan janji kepada konsumen bahwa dengan hanya menyebut namanya, timbul harapan bahwa merek tersebut akan memberikan kualitas terbaik, kenyamanan, status dan pertimbangan lain ketika konsumen melakukan pembelian. Ada banyak strategi yang dapat digunakan untuk bertahan dan menang dalam persaingan. Salah satu strategi jitu yang dapat digunakan oleh pemasar adalah dengan menggunakan strategi manajemen merek seperti strategi co-branding, brand extention, brand acquisition, brand repositioning dan masih banyak strategi manajemen merek lainnya.

Strategi membangun merek dapat pula dengan mengandalkan ekuitas merek. Ekuitas merek berdasarkan perspektif konsumen adalah pengenalan konsumen atas merek tersebut dan menyimpannya dalam memori mereka beserta asosiasi merek yang mendukung, kuat dan unik. Ekuitas merek berdasarkan perspektif konsumen terdiri dari kesadaran merek (brand awareness) dan citra merek (brand image).Kesadaran merek merupakan kemampuan merek untuk muncul dalam benak konsumen ketika mereka sedang memikirkan produk tertentu dan seberapa mudahnya nama tersebut dimunculkan. Kesadaran merek merupakan dimensi dasar dalam ekuitas merek. Sebuah merek tidak mempunyai ekuitas sampai konsumen menyadari keberadaan merek tersebut. Merek baru harus mampu mencapai kesadaran merek dan mempertakan kesadaran merek harus dilakukan semua merek. Tingkat kesadaran merek terdiri dari kenal akan merek sebagai kesadaran yang cenderung dangkal dan mengingat merek sebagai kesadaran yang lebih dalam.

Tulisan ini akan menganalisa strategi brand repositioning atau strategi perluasan merek sebagai salah satu solusi alternatif bagi pemasar untuk dapat bertahan dan menang dalam mengatasi persaingan pasar dan brand equity yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu produk atau jasa, baik pada perusahaan maupun pelanggan perusahaan. Kombinasi dari konsep teoritis, pandangan para pakar merek dan pemasaran serta beberapa contoh studi kasus singkat dan riil lapangan akan digunakan sebagai metode analisa strategi perluasan merek. PT Samsung Electronics Indonesia misalnya sebagai salah satu produsen ponsel dengan merek Samsung semula dikenal dari produk elektroniknya yang berupa TV/Monitor. Pada tahun 1999 Samsung memasuki pasar ponsel dan saat ini Samsung sedang giat untuk mempertahankan dan bahkan ingin meningkatkan pangsa pasar ponselnya, tetapi di sisi lain perusahaan ini harus bersaing dengan saingannya yang merupakan produsen ponsel lain yang dapat dikatakan telah berhasil dalam membentuk persepsi di benak konsumennya karena telah berhasil menjadi market leader, misalnya Nokia. Oleh karena itu pengukuran brand equity menjadi sangat penting bagi perusahaan untuk dapat mengetahui sampai seberapa kuat mereknya. Sebagai langkah awal dalam strategi adalah dengan mengetahui sampai seberapa kuat brand equity yang dimiliki oleh produk ponselnya.

Merek adalah janji penjual untuk menyampaikan kumpulan sifat, manfaat dan jasa spesifik secara konsisten kepada pembeli. Merek terbaiknmenjadi jaminan mutu. Merek merupakan sebuah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk megenali produk atau jasa dari seorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing (Kotler dan Amstrong, 1996).

Ekuitas Merek (Brand equity) adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang di3berikan oleh suatu produk atau jasa, baik pada perusahaan maupun pelanggan perusahaan. Menurut David. A. Aaker (1991).

Dengan demikian merek suatu tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angkaangka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa yang diproduksi dan dimiliki oleh suatu perusahaan terhadap perusahaan lainnya. Merek yang kuat ditandai dengan dikenalnya suatu merek dalam masyarakat, asosiasi merek yang tinggi pada suatu produk, persepsi positif dari pasar dan kesetiaan konsumen terhadap merek yang tinggi. Dengan adanya merek yang membuat produk yang satu beda dengan yang lian diharapkan akan memudahkan konsumen dalam menentukan produk yang akan dikonsumsinya berdasarkan berbagai pertimbangan serta menimbulkan kesetiaan terhadap suatu merek (brand loyalty). Kesetiaan konsumen terhadap suatu merek atau brand yaitu dari pengenalan, pilihan dan kepatuhan pada suatu merek.

 Manfaat Merek

Merek bermanfaat bagi produsen dan konsumen. Bagi produsen, merek berperan penting sebagai (keller;2003) :

  • Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan, terutama dalam perngorganisasian sediaan dan pencatatan akuntansi.
  • Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik. Merek bisa mendapatkan perlindungan properti intelelktual. Nama merek bisa diproteksi melalui merek dagang terdaftar (registered trademarks), proses pemanufakturan bisa dilindungi melalui hak paten dan kemasan bisa diproteksi melalui hak cipta (copyrights) dan desain. Hak-hak properti intelektual inimmemberikan jaminan perusahaan dapat berinvestasi dengan aman dalam merek yang dikembangkannya meraup manfaat dari asset bernilai tersebut.
  • Signal tingkat kualitas bagi para pel;anggan yang puas, sehingga mereka bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu. Loyalitas merek seperti ini menghasilkan predictability dansecurity permintaan bagi perusahaan dan menciptakan hambatan masuk yang menyulitkan peusahaan lain untuk memasuki pasar.
  • Sarana menciptkan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari pesaing.
  • Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukun, loyalitas pelanggan dan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen.
  • Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan masa mendatang.

Bagi konsumen merek bisa memberikan beraneka macam nilai melalui sejumlah fungsi dan manfaat potensial. Vasquez.,et al (2002) misalnya mengklasifikasikan dimensi manfaat dan utilitas merek kedalam ke dalam sembilan kategori yaitu:

  1. Utilitas Fungsional produk
  2. Pilihan (choice)
  3. Inovasi
  4. Trustwarthiness
  5. Emosional
  6. Estetis
  7. Novelty
  8. Identifikasi sosial
  9. Identifikasi personal

Keller (2003) mengemukakan 7 manfaat produk merek bagi konsumen yaitu:

  1. Sebagai identifikasi sumber produk
  2. Penetpan tanggung jawab pada pemanufaktur atau distributor tertentu
  3. Pengurangan resiko
  4. Penekanan biaya pencarian (search cost) internak dan eksternal
  5. Janji atau ikatan khusus dengan produsen
  6. Alat simbolis yang memprpyeksikan citra diri
  7. Signal kualitas

Fungsi Merek Bagi Konsumen

  1. Bisa dilihat dengan jelas; memberikan makna bagi produk; gampang mengidentifikasi produk yang dibutuhkan atau dicari.
  2. Memfasilitasi penghematan waktu dan energy memlui pembelian ulang identik dan loyalitas.
  3. Memberikan jaminan bagi konsumen bahwa mereka bisa mendapatkan kualitas yangsama sekalipun pembeliandilakukan pada waktu dan di tempat berbeda.
  4. Memberikan kepastian bahwa konsumen dapat membeli alternatif terbaik dalam kategori produk tertentu dan pilihan terbaik untuk tujuan spesifik.
  5. Mendapatkan konfirmasi mengenai citra diri konsumen atau citra yang ditampilkannya kepada orang lain.
  6. Kepuasan berwujud melalui familiaritas dan intimasi dengan merek yang telah digunakan atau dikonsumsi pelanggan selama bertahun-tahun.
  7. Kepuasan terkait dengan daya tarik merek, logo dan kommunikasinya.
  8. Kepuasan berkaitan dengan perilaku bertanggung jawab merek bersangkutan dalam hubungannya dengan masyarakat.

 Cara Membangun Merek

Cara membangun merek yang kuat tidak berbeda dari membangun sebuah rumah. Untuk memperoleh bangunan rumah yang kukuh, kita memerlukan fondasi yang kuat. Begitu juga dengan membangun dan mengembangkan merek. Ia memerlukan fondasi yang kuat. Caranya adalah:

  1. Memiliki Positioning yang tepat. Merek dapat di-positioningkan dengan berbagai cara, misalnya dengan menempatkan posisinya secara spesifik dibenak pelanggan. Membangun positioning adalah menempatkan semua aspek dari brand value (termasuk manfaat fungsional) secara konsisten sehingga selalu menjadi nomor satu dibenak pelanggan.
  1. Memiliki brand value yang tepat. Semakin tepat merek di-positioning-kan di benak pelanggan, merek tersebut akan semakin kompetitif. Untuk memngelola hal tersbut kita perlu mengetahui brand value. Diibaratkan sebuah pakaian, positioning adalah keksesuaian ukuran bagi pemakainya. Sedangakn brand value adalah keindahan warna serta model pakaian tersebut. Brand value membentuk brand personality. Brand personality lebih cepat berubah dibandingkan brand positioning, karena brand personality mencerminkan gejolak perubahan selera konsumen.
  1. Memiliki Konsep yang tepat. Tahap akhir untuk mengkomunikasikan brand value dan positioning yang tepat kepada konsumen harus didukungn oleh konspe yang tepat. Pengembangan konsep merupakan proses kreatif, karena berbeda dari positioning, konsep dapat terus-menrus berubah sesuai dengan daur hidup produk yang bersangkutan. Konsep tang baik adalah dapat mengkomunikasikan semua elemen-elemen brand value dan positioning yang tepat, sehingga brand image dapat terus-menerus ditingkatkan.

 Tipe-tipe Utama merek

Pemahaman mengenai peran strategik merek tidak bisa dipisahkan dari tipetipe utama merek, karena masing-masing tipe memiliki citra merek yang berbeda. Ketiga tipe tersebut meliputi : atrribute brands, aspirational brands dan experience brands (whitwell, et.al,. 2003)

  1. Atrribute brands, yakni merek-merek yang memiliki citra yang mampu mengkomunikasikan keyakinan/kepercayaan terhadap atrribute fungsional produk.
  2. Aspirational brands, yaitu merek-merk yang menyampaikan citra tentang tipe orang yang membeli merek bersangkutan. Citra tersebut tidak banyak menyangkut produknya, tetapi justru lebih banyak berkaitan dengan gaya hidup yang didambakan.
  3. Experience brands, memcerminkan merek-merek yang menyampaikan citra asosiasi dan emosi bersama. Tipe ini memiliki citra melebihi sekedar aspirasi dan lebih berkenann dengan kesamaan filosofi antara merek dan konsumen individual.

 Penentuan Strategi Merek

Ada lima pilihan dalam penentuan strategi merek, yaitu:

  1. Perluasan Lini (line Extension). Perluasan lini terjadi apabila perusahaan memperkenalkan unit produk tambahan dalam kategori produk yang sama dengan produk tambahan dalam kategori produk yang sama dengan merek yang sama, biasanya dengan tampilan produk baru, seperti bentuk, rasa, warna, kandungan, ukuran kemasan dan sebagainya. Pada umunya perkenalan produk baru merupakan perluasan lini. Strategi ini apat ilakukan apabila perusahaan mengalami kelebihan kapasitas produksi atau perusahaan ingin memenuhi meningkatnya selera konsumen terhadap tampilan baru. Selain itu perluasan lini juga dapat dilakukan karena perusahaan ingin mengalahkan pesaing atau mengisi lebih banyak ruang rak eceran.
  1. Perluasan Merek (brand extension). Perluasan merek dapat terjadi apabila perusahaan memutuskan untuk menggunakan merek yang sudah ada pada produknya dalam satu kategori baru. Strategi perluasan merek memberikan sejumlah keuntungan, karena merek tersebut pada umumnya lebih cepat dihargai (karena sudah dikenal sebelumnya), sehingga kehadirannya dapat cepat diterima oleh konsumen. Hal ini memudahkan perusahaan untuk memasuki pasar dengan kategori produk baru. Perluasan merek dapat menghemat banyak biaya iklan yang biasanya diperlukan untuk membiasakan konsumen dengan suatu merek baru.
  1. Multi Brand. Multi brand dapat terjadi apabila perusahaan memperkenalkan berbagai merek tambahan dalam kategori produk yang sama. Ada berbagai alasan untuk melakukan hal ini. Tujuannya adalah untuk mencoba membentuk kesan, kenampakan (feature) serta daya tarik lain kepada konsumen sehingga lebih banyak pilihan. Strategi multi brand juga memungkinkan perusahaan merebut lebih banyak ruang rak distributor dan melindungi merek utamanya dengan menciptakan merek sampingan (flanker brand). Multi brand dapat juga terjadi akibat warisan beberapa merek dari perusahaan lain yang telah di akuisisi oleh perusahaan tersebut.
  1. Merek Baru. Merek baru dapat dilakukan apabila perusahaan tiak memiliki satu pun merek yang sesuai engan produk yang akan dihasilkan atau apbila citra merek tersebut tidak membantu untuk produk tersebut. Konisi ini menyebabkan perusahaan lebih baik menciptakan merek yang sama sekali baru aripada menggunakan merek lama. Namun demikian perusahaan harus hati-hati, karena peluncuran merek baru biasanya memerlukan biaya yang cukup besar, terlebih-lebih lagi untuk sampai ke tahap brand loyalty yang tinggi.
  1. Merek Bersama (co-brand). Kecenderungan yang terjadi saat ini adalah meningkatkan strategi cobranding atau yang disebut juga dengan kerjasama branding. Co-branding terjadi apabila dua merek terkenal atau lebih digabung dalam satu penawaran. Tujuan Co-Branding adalah agar merek yang satu dapat memperkuat merek yang lain sehingga dapat menarik minat para konsumen. Apabila co-branding dilakukan dalam bentuk kemasan bersama, maka setiap merek tersebut memiliki harapan dapat menjangkau konsumen baru dengan mengkaitkannya dengan merek lain.

 Brand Equity (Ekuitas Merek)

Ekuitas Merek (Brand equity) adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu produk atau jasa, baik pada perusahaan maupun pelanggan perusahaan. Menurut David. A. Aaker (1991), brand equity dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu:

  • Brand awareness (kesadaran merek), menunjukan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu (Rangkuti, 2002; Durianto, 2004).
  • Brand association (asosiasi merek), mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis dan lain-lain (Kotler, 1993).
  • Perceived quality (persepsi kualitas), mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas/keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan.
  • Brand loyalty (loyalitas merek), mencerminkan tingkat keterikatan konsumen dengan suatu merek produk (Aaker, 1991).
  • Other proprietary brand assets (aset-aset merek lainnya)

 Tingkatan Evolusi Merek

McEnally dan Chernatony (1999) mengemukakan bahwa terdapat 6 tahap evolusi dari merek.

  • Tingkat pertama: produk tanpa merek. Pada tingkatan pertama, barang atau produk diperlakukan sebagai komoditas dan banyak diantaranya yang tidak bermerek. Pada tingkatan ini biasanya dicirikan dengan akibat yang ditimbulkan oleh permintaan terhadap penawaran. Produsen hanya sedikit berupaya untuk member merek pada produk sehingga menghasilkan persepsi konsumen yang mendasarkan diri hanya pada manfaat produk tersebut.
  • Tingkat kedua: merek sebagai referensi. Pada tingkatan ini, stimulasi yang disebabkan oleh tekanan persaingan memaksa produsen untuk membedakan produknya dengan produk yang dihasilkan produsen lain. Deferensiasi tersebut mencapai perubahan fisik dari atribut produk. Ingatan konsumen dalam pengenalan produk mulai berkembang dengan lebih mengenal merek sebagai dasar dalam menilai konsistensi dan kualitas produk. Konsumen mulai menggunakan basis merek dalam memberikan citra dan menentukan pilihan mereka. Namun, konsumen masih menilai merek dengan mengutamakan kegunaan dan nilai produk.
  • Tingkat ketiga: merek sebagai kepribadian. Pada tahapan ini, diferensiasi dalam merek pada atribut fungsional dan rasional menjadi semakin sulit sejalan dengan banyak produsen yang membuat klaim yang sama. Oleh karenanya pemasar mulai membuat kepribadian dalam merek yang mereka pasarkan. Pada dua tingkatan sebelumnya, ada perbedaan antara konsumen dan merek. Merek adalah obyek dengan jarak tertentu yang dapat dihilangkan dari konsumen. Tetapi pada tahapan ini kepribadian (personality) merek dengan konsumen disatukan sehingga nilai suatu merek menjadi terekspresikan dengan sendirinya.
  • Tingkat keempat: merek sebagai Icon. Pada tingkat ini merek ‘dimiliki’ oleh konsumen. Konsumen memiliki pengetahuan yang lebih dalam tentang merek yang mendunia dan menggunakannya untuk identitas pribadi mereka. Sebagai contoh, koboi Marlboro yang dikenal di seluruh dunia. Koboi yang bertabiat keras, lelaki yang melawan rintangan, tapi tidak kasar dan berpengalaman. Konsumen yang ingin disebut dirinya kuat, keras atau penyendiri seharusnya merokok Marlboro. Koboi tersebut merupakan simbol atau icon dari nilai yang terkandung dalam Marlboro. Untuk dapat memasuki pikiran konsumen dengan baik, icon tersebut harus mempunyai beberapa asosiasi baik primer (mengenai produk) maupun yang sekunder.
  • Tingkat kelima: merek sebagai perusahaan. Tingkatan ini ditandai dengan perubahan ke arah pemasaran postmodern. Disini merek memiliki identitas yang kompleks dan banyak keterhubungan antara konsumen dan merek. Karena merek sama dengan perusahaan, semua pemegang saham harus merasa bahwa merek (perusahaan) berada dalam mode yang sama. Perusahaan tidak dapat terlalu lama mengenalkan satu citra ke media dan citra lain kepada pemegang saham dan konsumen. Komunikasi dari perusahaan harus terintegrasi pada semua operasi. Komunikasi bagaimanapun tidak secara tidak langsung. Komunikasi mengalir dari konsumen ke perusahaan sebaik dari perusahaan ke konsumen, maka terjadilah dialog diantara keduanya.
  • Tingkat keenam: merek sebagai kebijakan. Beberapa perusahaan sekarang telah memasuki tingkat dimana dibedakan dengan perusahaan lain dikarenakan sebab-sebab etika, social dan politik. Contoh paling utama dari tingkatan ini adalah The Body Shop dan Benetton. Konsumen punya komitmen dengan perusahaan untuk membantu membangun merek favoritnya dengan membeli merek tersebut. Dengan komitmen, mereka mengatakan bahwa mereka memiliki merek tersebut.

 Memilih strategi positioning yang tepat melalui brand value proposition.

Setiap merek memiliki nilai yang dapat ditawarkan kepada konsumen, sekumpulan manfaat yang dimiliki oleh sebuah merek, yang dapat dijadikan sarana untuk diposisikan dalam benak konsumen dikenal dengan istilah brand value proposition. Melalui brand value proposition, konsumen mengenal value yang dimiliki dan ditawarkan oleh sebuah merek dibandingkan dengan pesaingnya.

Dari tabel  terdapat beberapa kombinasi dari brand value proporsition yang dapat dijadikan alternatif strategi positioning yang hendak diimplementasikan. Adapun kombinasi dari aspek harga dan kualitas yang dapat dijadikan strategi dalam positioning adalah More for More, More for The Same, More for Less, The Same for Less, dan Less for Much Less.

Berikut penjelasan dari kombinasi strategi pada brand value proporsition:

  • More for More adalah strategi positioning yang menekankan kepada konsumen bahwa kualitas merek produk perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan kualitas merek produk pesaing dengan penetapan harga yang lebih tinggi pula dibandingkan harga produk pesaing.
  • More for The Same adalah strategi positioning yang menekankan kepada konsumen bahwa kualitas dari merek produk perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan kualitas merek produk pesaing dengan penetapan harga yang sama dengan harga produk pesaing.
  • More for Less adalah strategi positioning yang menekankan kepada konsumen bahwa kualitas dari merek produk perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan kualitas merek produk pesaing dengan penetapan harga yang lebih murah dibandingkan harga produk pesaing.
  • The Same for Less adalah strategi positioning yang menekankan kepada konsumen bahwa kualitas dari merek produk perusahaan sama dengan kualitas produk merek pesaing dengan penetapan harga yang lebih murah dibandingkan harga produk pesaing.
  • Less for Much Less adalah strategi positioning yang menekankan kepada konsumen bahwa kualitas dari merek produk perusahaan lebih rendah sedikit dari kualitas produk merek pesaing dengan penekanan harga yang jauh lebih murah dibandingkan harga produk pesaing

Positioning Statement

Positioning statement adalah sebuah pernyataan yang memuat dan menyarikan inti dari positioning perusahaan atau merek perusahaan. Perusahaan atau suatu produk harus memiliki positioning statement yang dijadikan pedoman dalam melakukan kegiatan pemasaran untuk dapat mencapai target positoning di benak konsumen sesuai dengan harapan perusahaan. Bentuk ringkas dan aplikatif dari positioning statement sesuatu yang dikenal oleh masyarakat umum dengan istilah slogan atau tagline. (Kartajaya,2002)

Brand Positioning

Dalam tahapan strategi membangun ekuitas merek yang kuat, brand positioning memiliki peran awal yang sangat menentukan dalam tahapan strategi selanjutnya. Jika perusahaan salah dalam menentukan competitive advantage yang diangkat sebagai strategi brand postitioing maka dapat dipastikan kinerja dari merek tersebut akan gagal atau lemah.Dari tabel dapat diketahui bahwa brand positioning merupakan salah satu bagian dalam usaha untuk membangun ekuitas merek dimana ekuitas merek yang kuat merupakan aset yang bernilai bagi perusahaan. (Adiwijaya,2005)

Brand positioning dapat dibangun melalui tiga pondasi dasar yaitu atribut produk, manfaat produk, serta kepercayaan dan nilai. Brand positioning berdasarkan atribut produk adalah cara tercepat untuk membangun brand awareness tetapi pondasi ini hanya memberikan efek jangka pendek karena keunggulan suatu atribut produk dapat dengan mudah ditiru oleh pesaing.

Manfaat produk sebagai pondasi dalam brand positioning adalah satu langkah  yang lebih baik dari pondasi atribut produk. Manfaat produk bisa dikategorikan menjadi manfaat secara fungsional maupun secara emosional sehingga brand positioning tidak hanya menciptakan brand awareness tetapi juga mulai menciptakan brand preference bagi konsumen yang merasakan manfaat fungsional sekaligus manfaat emosional dari produk yang dikonsumsinya.

Pondasi terakhir adalah kepercayaan dan nilai, dimana pondasi ini merupakan dasar yang paling kuat dan paling efektif. Pemasar tidak dapat menggunakan pondasi kepercayaan dan nilai pada saat awal pengenalan suatu produk baru. Penggunaan pondasi terakhir ini hanya dapat dilakukan oleh establish brand yang sebelumnya membangun ekuitas mereknya melalui pondasi yang pertama dan kedua. Kepercayaan dan nilai sebagai pondasi dari brand positioning akan memberikan efek jangka panjang yang merupakan aset berharga bagi perusahaan yaitu terciptanya brand loyalty dari para konsumennya.

Analisa Strategi Reposisi Merek

Strategi reposisi merek (brand repositioning) adalah salah satu alternatif yang dapat diimplementasikan oleh pemasar untuk dapat bertahan dan tampil sebagai pemenang dalam ”perang” yang terjadi di pasar konsumen. Strategi reposisi merek harus diimplementasikan pada momentum yang tepat untuk dapat memberikan hasil dan dampak yang efektif dalam peningkatan pangsa pasar. Menurut Ramesh Kumar seorang Professor Marketing dari Indian Institute of Management di Bangalore India, memberikan persyaratan waktu, situasi dan kondisi yang tepat untuk mempraktekkan strategi reposisi merek.

Berikut beberapa kondisi yang tepat untuk mengimplementasikan strategi reposisi merek adalah:

  1. Pada waktu banjirnya penawaran-penawaran produk baru. Strategi reposisi merek dapat dilakukan ketika terjadi banjir penawaran-penawaran baru di pasar yang berpotensi untuk menggeser posisi dari merek yang sudah mapan (establish brand). Sehingga implementasi dari strategi reposisi merek dibutuhkan untuk memberikan penekanan kembali akan eksistensi mereknya. Salah satu contoh riil adalah persaingan pada kategori produk minuman berkarbonasi dimana Coca – Cola dan Pepsi yang merupakan establish brand dengan ekuitas merek yang kuat, juga secara terus menerus mereposisi mereknya dalam usaha menghadapi masuknya merek – merek minuman berkabonasi baru. (Kartajaya,2002)
  1. Pada saat merek yang sudah mapan tidak dapat memberikan penawaran akan fitur atau varian yang sama dengan yang telah ditawarkan oleh merek – merek baru (new brand). Pada kondisi tersebut, merek yang mapan kalah bersaing dengan merek – merek yang baru sehingga timbul kebutuhan bagi merek yang mapan untuk mereposisi keberadaan mereka. Maka dari itu establish brand harus mereposisi mereknya dengan cara memberikan penekanan pada apa yang menjadi kehendak dari konsumen dan berusaha untuk mencari cara – cara pemasaran baru yang dapat menarik minat dari konsumen. Salah satu contoh kasus yang menarik adalah strategi reposisi merek yang dilakukan oleh Protect & Gamble Indonesia (PGI), salah satu perusahaan consumer good besar di Indonesia terhadap produk shampo merek Pantene. Strategi reposisi merek ini dilakukan dengan pertimbangan ketatnya persaingan pada kategori produk shampo dimana dimana merek – merek shampo lain menawarkan produk shampo dengan kualitas yang sama dengan harga yang jauh lebih murah dari Pantene. Strategi reposisi merek ini bertujuan untuk memberikan best value kepada konsumen dengan cara menurunkan harga dan disertai dengan adanya inovasi – inovasi produk berupa penawaran varian – varian baru serta cara komunikasi pemasaran yang baru. Menurut Bambang Sumaryanto selaku Direktur Hubungan Eksternal PGI, strategi reposisi merek ini mendapatkan respon positif dari konsumen dan dapat menaikkan tingkat penjualan secara signifikan. (SWAsembada,2005)
  1. Ketika citra temporer dibutuhkan pada kategori – kategori produk tertentu sebagai akibat dari adanya perubahan psikografis konsumen. Apabila terjadi perubahan psikografis konsumen pada suatu kategori produk tertentu, maka strategi reposisi merek dapat diimplementasikan untuk menciptakan citra sesuai dengan adanya perubahan tersebut. Salah satu studi kasus adalah adanya perubahan psikografis dari masyarakat pada kategori produk telepon selular. Pada awal diluncurkannya, produk telepon selular hanya diminati oleh konsumen dengan status sosial ekonomi menengah ke atas karena harga pesawat telepon dan harga pulsa yang mahal. Tetapi dewasa ini hampir semua lapisan masyarakat dari berbagai macam tingkat sosial ekonomi, profesi, dan latar belakang budaya yang beragam memiliki dan menggunakan telepon selular (handphone). Mulai dari tukang becak sampai direktur perusahaan dan pejabat pemerintahan menggunakan handphone sebagai salah satu sarana berkomunikasi karena adanya banyak pilihan pesawat telepon dengan harga yang terjangkau dan penawaran pulsa murah dari berbagai operator seluler. Pada awalnya PT Excelcomindo Pratama sebagai operator layanan jasa selular memposisikan jasa layanan komunikasi untuk kelas atas dengan memberikan kualitas sinyal kuat, audio jernih serta harga premium melalui merek Pro XL. Melihat kondisi pasar yang sedemikian, Exelcomindo melakukan strategi reposisi merek untuk melayani berbagai segmen konsumen yang memiliki kondisi psikografis yang berbeda – beda. Strategi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa setiap segmen konsumen memiliki tujuan penggunaan yang berbeda antara segmen yang satu dengan segmen yang lain. Strategi reposisi merek yang dilakukan Exelcomindo dengan meluncurkan merek yang berbeda – beda dengan fitur layanan yang berbeda pula untuk melayani beberapa target segmen konsumen. Sebagai contoh kartu perdana merek Jempol dan Bebas ditujukan untuk segmen ekonomi menengah ke bawah serta remaja dan kaum muda dimana kartu Bebas menyediakan voucher isi ulang dengan harga terendah Rp 5000,- dengan masa aktif enam hari. Fitur – fitur yang ditawarkan misalnya bebas 100 sms per hari, atau menelpon dengan tarif hemat antar sesama kartu bebas, dsb. Setiap fitur yang ditawarkan sesuai dengan psikografis dari konsumennya. Sedangkan kartu perdana merek Xplor ditujukan untuk target segmen eksekutif, pebisnis dan professional muda yang menggunakan handphone bukan hanya untuk kegiatan menelpon dasar seperti telepon dan sms tetapi juga menginginkan adanya added service lainnya. Added service yang diberikan oleh kartu Xplor adalah fasilitas internet banking yang bekerjasama dengan BCA, Bank Mandiri, dan Citibank serta fasilitas informasi seperti harga emas, valas, dsb untuk komunitas dari Xplor serta layanan – layanan lainnya. (Kompas,2005)
  1. Jika suatu merek ingin mengganti target pasar mereka karena minat pembelian yang rendah atas suatu kategori produk. Terkadang suatu merek memiliki pangsa pasar yang rendah atau mengalami stagnasi pertumbuhan pasar, bukan karena implementasi faktor bauran pemasaran (marketing mix) yang salah. Tetapi bisa jadi karena salah dalam menentukan target pasar atau kurang memahami karakter dan keinginan dari konsumennya. Salah satu contoh merek yang melakukan reposisi untuk mengganti target pasar konsumennya adalah merek Green Sand. Merek ini pada awalnya menyasar segmen pasar minuman kategori shandy dengan kandungan alkohol dibawah satu persen. Respon dari konsumen kurang baik sebab kategori minuman shandy kurang begitu dikenal dan disukai oleh masyarakat Indonesia sehingga penjualan dan pertumbuhan pasar Green Sand lambat dan stagnan. Untuk mengatasi masalah ini, manajemen PT Multi Bintang Indonesia yang juga produsen minuman beralkohol merek Bir Bintang, melakukan reposisi merek Green Sand dari kategori minuman shandy menjadi minuman ringan berkarbonasi yang memiliki pangsa pasar triliunan rupiah. Reposisi merek ini dilakukan dengan meluncurkan tiga varian rasa tanpa alkohol dengan kemasan kaleng 300 ml dan botol 200 ml. Dengan dukungan komunikasi pemasaran yang gencar dan menyasar remaja sebagai target pasar maka tingkat penjualan Green Sand naik sampai tiga kali lipat. (Suara Pembaharuan,2004)
  1. Ketika suatu merek ingin mengkomunikasikan penawaran-penawaran baru yang lebih menarik. Eksekusi komunikasi pemasaran yang kurang tepat juga turut mempengaruhi efektifitas dari positioning yang dilakukan oleh pemasar. Strategi reposisi merek dapat digunakan apabila pemasar hendak mengkomunikasikan pesan baru ataupun penawaran baru kepada konsumen. Contoh kasus yang terjadi pada produk suplemen vitamin kesehatan merek Fatigon yang pada tahun 1997 dipersepsi konsumen sebagai suplemen kesehatan untuk kaum pria. Hal tersebut memberikan efek semakin sempitnya target pasar konsumen dari produk suplemen Fatigon. Padahal pada mulanya Fatigon akan diposisikan sebagai produk suplemen kesehatan untuk semua jenis kelamin baik pria maupun wanita yang membutuhkan stamina yang ekstra dalam menjalankan profesi dan aktivitasnya dengan baik. Pada tahun 1999 Fatigon mereposisi mereknya dengan tujuan untuk memperlebar pasar pada konsumen wanita. Strategi ini dilakukan dengan menggunakan Tamara Geraldine dan Indi Barens sebagai endorser iklan sehingga persepsi konsumen mulai berubah bahwa Fatigon juga dapat dikonsumsi oleh kaum wanita. Penggunaan endorser iklan artis dilakukan untuk membangun citra yang positif atas merek Fatigon. Strategi reposisi merek ini mendongkrak pertumbuhan penjualan sampai dengan 200%. Setelah sukses memperlebar pasarnya, Fatigon kembali melakukan reposisi mereknya untuk memperlebar pasarnya dari target konsumen eksekutif muda kepada segmen konsumen yang lebih tua dan berusia matang dengan menggunakan Roy Marten sebagai endorser iklan. Strategi reposisi merek Fatigon selain menggunakan jalur komunikasi pemasaran, juga diikuti dengan inovasi produk dengan peluncuran varian baru yaitu Fatigon Spirit. (Marketing,2003)

Ada lima kunci utama yang harus diperhatikan dalam mengimplementasikan strategi reposisi merek yaitu (Schabel,2001):

  1. Kesuksesan membutuhkan suatu perubahan. Pasar selalu berkembang dan diikuti oleh perkembangan preferensi konsumen, kebutuhan dan keinginan konsumen yang selalu dinamis .Setiap pemasar (marketer) harus menyadari kondisi tersebut bahwa untuk meraih kesuksesan, suatu merek harus bersifat dinamis dan menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan pasar yang terjadi. Salah satu contoh merek yang pada awalnya bersifat status quo adalah merek sepatu dan sandal Bata. Merasa diri sebagai pemimpin pasar (market leader), merek Bata tidak melakukan perubahan ataupun inovasi dalam usaha reposisi merek dalam menghadapi masuknya merek – merek sepatu dan baru seperti Nike, Adidas, dan Reebok. Dalam waktu sekejap pangsa pasar Bata dapat direbut oleh ketiga merek baru tersebut, dan parahnya merek Bata yang merupakan merek internasional justru dipersepsi sebagai merek lokal dengan kualitas yang buruk dan rendah. Di tengah keterpurukan tersebut, merek Bata mulai berbenah untuk mereposisi mereknya dengan melakukan inovasi – inovasi baru atas desain produknya, memperbaiki denah layout gerai – gerainya, serta membangun komunikasi pemasaran untuk peningkatan citra merek (brand image) dari Bata. Sangat disayangkan bahwa langkah reposisi  merek Bata tergolong terlambat sehingga membutuhkan waktu yang lama dan usaha ekstra untuk dapat mengembalikan kepercayaan konsumen dan pangsa pasar dari merek Bata.
  1. Menemukan kebutuhan – kebutuhan konsumen yang belum tergali. Ditengah ketatnya persaingan antar pemasar di dalam memberikan penawaran produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan dari konsumen, diperlukan kepekaan bagi para pemasar untuk dapat menggali kebutuhan – kebutuhan yang belum terlayani. Kim dan Mauborgne dalam bukunya “Blue Ocean Strategy“ mengajarkan bahwa “Red Ocean Strategy” atau bersaing pada kondisi persaingan pasar yang sangat ketat, sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan karena hanya menghasilkan kerugian dari para “pemain” yang ada pada pasar tersebut. Sebaliknya mereka menawarkan suatu konsep strategi baru yaitu “Blue Ocean Strategy” dimana strategi ini dilakukan dengan cara keluar dari padatnya kondisi persaingan dan berusaha untuk melakukan value inovation yang menghasilkan penawaran – penawaran baru atas kebutuhan – kebutuhan yang belum terlayani dengan situasi persaingan yang lebih lengang. (Kim & Mauborgne,2005). Reposisi merek juga dapat dilakukan dengan menerapkan “Blue Ocean Strategy” dimana suatu merek baik yang sudah mapan ataupun merek – merek baru dapat melakukan inovasi dalam penggalian kebutuhan konsumen dalam usaha penciptaan pangsa pasar baru. Contoh reposisi merek yang dilakukan oleh produk perawatan wajah Biore produksi PT Kao Indonesia Tbk. Pada awal peluncuran Biore, merek ini ditujukan kepada target konsumen wanita. Tetapi dalam perkembangannya, Biore melakukan reposisi merek untuk menghadapi ketatnya persaingan pada produk pembersih wajah. Strategi reposisi merek ini dilakukan dengan memperlebar pasar produk pembersih wajah dengan target pasar kaum pria. Untuk memperkokoh strategi reposisi merek, Biore menghilangkan simbol siluet tubuh wanita pada kemasan produknya dan meluncurkan produk Biore for Men. Dalam kasus ini, Biore melihat adanya kebutuhan konsumen yang merupakan peluang pasar yang belum digali yaitu banyak dari kaum pria dewasa ini juga turut menjaga dan memperhatikan penampilan atau yang dikenal dengan pria metroseksual. Strategi reposisi merek ini juga diikuti oleh produk pembersih wajah merek Ovale. Merek tersebut juga memperlebar target pasar dalam rangka pemenuhan kebutuhan dari kaum pria metroseksual dengan meluncurkan Ovale for Men.
  1. Memaksikmalkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan untuk dapat memberikan penawaran terbaik kepada konsumen dibandingkan dari para pesaing. Kunci keberhasilan keempat ini dipraktekkan oleh PT Protect and Gambler Indonesia Tbk (PGI). Sebagai bagian dari usaha memaksimalkan sumber daya perusahaan, PGI menerapkan strategi regional sourcing dan outsourching dimana kebutuhan dari suatu area akan dilayani dengan produk lokal pada area tersebut atau jika skala ekonomis regional sourching tidak tercapai, maka produksi akan dialihkan kepada pihak ketiga. Salah satu implementasi dari strategi tersebut adalah ditutupnya perusahaannya di Cakung Jakarta Timur dan memindahkan ke Thailand. PGI tidak hanya berhenti dengan memindahkan pabriknya ke Thailand tetapi juga melakukan banyak efisiensi lain seperti pengurangan tenaga kerja, bermitra dengan perusahaan nasional PT Darya Varia Laboratoria Tbk, menciptakan virtual office, dsb. Strategi efisiensi tersebut mendukung strategi reposisi merek produk – produknya dengan tujuan memberikan best value kepada konsumennya. Sebagai contoh, ada dua merek produk PGI yaitu Pantene dan Vicks yang sudah terkenal kualitasnya direposisi untuk meningkatkan penjualan dengan memberikan produk kualitas tinggi dan harga murah.
  1. Membangun budaya perusahaan yang berkisar pada riset pasar dan fokus konsumen. Strategi reposisi merek tanpa didukung dengan riset pasar dan memahami kebutuhan dan keinginan dari konsumen dapat dipastikan berujung pada kegagalan karena perubahan yang dilakukan tidak memiliki dasar yang kuat. Riset pasar dan pemahaman akan konsumen memberikan landasan perubahan yang kuat, rasional, dan dapat dipertanggungjawabkan. Tanpa landasan yang kuat maka strategi reposisi merek akan sia – sia dan tidak memberikan hasil maksimal. Contoh kasus yang terkenal dan menarik adalah kasus Mc Donald Indonesia.  Merek Mc Donalds yang dari negara asalnya dikenal atau dipersepsi sebagai restoran fast food produsen burger, direposisi menjadi restoran fast food yang menawarkan produk ayam dan nasi selain produk burger dan kentang goreng. Reposisi merek yang dilakukan tersebut sudah sangat tepat karena memang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia yang suka mengkonsumsi nasi dan ayam. Bahkan banyak masyarakat Indonesia yang merasa belum makan apabila belum mengkonsumsi nasi. Strategi reposisi merek dengan dasar riset pasar dan pemahaman akan budaya konsumen ini memberikan hasil dengan selalu ramainya outlet -outlet dari restoran Mc Donalds di seluruh wilayah Indonesia.

 Brand Equity pada posisi merek ponsel

Setelah dilakukan pengukuran ekuitas merek terhadap elemen-elemen utama dari brand equity dari beberapa merek telepon selular (ponsel), berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Melina Hermawan, Indah Victoria S dan Bani Februarso dalam judul ”Analisis pengukuran elemen-elemen ekuitas merek ponsel samsung sebagai usulan untuk mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar”, maka dapat diketahui posisi merek dari ponsel Samsung adalah sebagai berikut :

  1. Elemen Brand Awareness. Untuk elemen brand awareness ini, merek Samsung menempati posisi paling bawah dari pesaingnya (Nokia, Sony Ericsson, Siemens) untuk top of mind. Akan tetapi untuk posisi brand recall, Samsung menempati posisi paling atas, sedangkan brand recognition hanya terdapat 0.63% dari keseluruhan responden, dan untuk brand unaware tidak ada responden yang masuk kategori ini. Hal ini berarti seluruh responden telah mengetahui dan menyadari keberadaan dari ponsel merek Samsung ini, akan tetapi sangat sedikit sekali yang menyatakan merek Samsung ini sebagai merek ponsel yang pertama kali muncul di benaknya. Didukung dengan kondisi brand recognition dan brand unaware seperti telah disebutkan diatas, maka ponsel Samsung dapat dikatakan telah memiliki brand awareness yang cukup baik.
  2. Elemen Brand Association. Dalam hal elemen brand association, Samsung memiliki beberapa asosiasi yang sangat spesifik yang dapat dijadikan modal bagi Samsung untuk mendiferensiasikan mereknya dengan merek-merek saingannya. aosiasi tersebut antara lain memiliki kualitas gambar (display) yang baik, memiliki kualitas suara yang baik, memiliki kualitas sinyal yang baik. Asosiasi lainnya yang dimiliki oleh Samsung seperti memiliki baterai yang relatif tahan lama, memiliki layanan perbaikan yang memuaskan, memiliki kesan eksklusif, memiliki banyak tipe/jenis dapat dijadikan modal bagi Samsung untuk memperkuat asosiasi yang dimilikinya, dan bahkan sebaiknya lebih diperbanyak lagi asosiasi dari Samsung.
  3. Elemen Perceived Quality. Secara keseluruhan untuk performance-importance, hanya ada 4 dari 14 atribut yang berada diatas rata-rata. Namun disisi lain masih terdapat beberapa atribut yang berada pada kuadran I yang merupakan prioritas utama untuk diperbaiki, meliputi: atribut mudah digunakan, atribut mudah diperoleh dan atribut kelengkapan konektivitas. Untuk tingkat kepercayaan, Samsung memperoleh nilai tertinggi hanya untuk atribut kualitas suara yang baik sekitar 72.81% sedangkan untuk atribut lainnya, Samsung menduduki urutan kedua, ketiga atau keempat terhadap saingannya. Sedangkan dari Uji Mann-Whitney untuk tingkat kepercayaan terlihat bahwa Samsung memiliki perbedaan persepsi untuk semua atribut dengan merek Nokia dan satu persamaan persepsi dengan merek Siemens sedangkan dengan merek Sony Ericsson, banyak sekali persamaan persepsinya. Dari data diatas dapat dikatakan bahwa Samsung sebenarnya belum memiliki performansi yang memuaskan konsumennya.
  4. Elemen Brand Loyalty. Konsumen terbesar dari pengguna ponsel Samsung adalah pada tingkat liking the brand yaitu sekitar 77.5% (rata-rata dari atribut yang termasuk liking the brand). Walaupun loyalitas dari konsumen Samsung sudah cukup tinggi, namun perusahaan harus selalu tetap waspada terhadap kemungkinan adanya konsumen yang berpindah merek, hal tersebut dapat dilihat dari 40 responden pemakai Samsung, ternyata 27 responden berencana pindah ke merek lain dan hanya 13 yang setia. Dari keseluruhan elemen ekuitas merek yang telah diteliti, maka untuk ponsel merek Samsung ini sebenarnya telah memiliki ekuitas merek yang cukup baik, maka usulan strategi yang perlu dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar ponselnya didasarkan pada beberapa strategi pemasaran, antara lain strategi diferensiasi, dan STP (Segmentation, Targeting dan Positioning).
  • Simpulan

Strategi reposisi merek dapat menjadi alternatif solusi untuk membuat suatu merek dapat bertahan dan bahkan tampil sebagai pemimpin pasar. Strategi reposisi merek tidak dapat diimplementasikan pada setiap kondisi persaingan pasar untuk semua kategori produk. Tetapi dalam penerapannya, ada beberapa situasi dan kondisi persaingan pasar dimana strategi reposisi merek tersebut merupakan solusi yang paling efektif di dalam mengatasi ketatnya persaingan dan jenuhnya pertumbuhan pasar. Penerapan strategi reposisi merek tidak dapat dilakukan secara sembarang tetapi strategi tersebut harus dilakukan secara benar dan didukung oleh seluruh komponen perusahaan. Tanpa adanya pemahaman yang benar akan konsep dasar reposisi merek, kepekaan akan kondisi dan perubahan pasar, pemahaman akan kebutuhan dan keinginan konsumen, serta pengenalan akan kekuatan dan kelemahan merek ataupun perusahaan induknya maka strategi reposisi merek tidak akan berhasil dan hanya akan menghabiskan sejumlah uang perusahaan.

Ekuitas Merek (Brand equity) adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu produk atau jasa, baik pada perusahaan maupun pelanggan perusahaan. Brand Equity dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori, Brand awareness, Brand association, Perceived quality, Brand loyalty, Other proprietary brand asset.

  • Rekomendasi

Mempertahankan kualitas atribut yang merupakan keunggulan mereknya, memperbesar segmen pasar ponselnya (menjangkau low-end user) dengan harga yang terjangkau tanpa mengabaikan kualitas dari produknya. Samsung dapat melakukan diferensiasi produk ponselnya seperti memiliki kualitas gambar (display) yang baik, baterai yang relatif tahan lama, kualitas suara yang baik, layanan perbaikan yang memuaskan, kesan tertentu, banyak tipe/jenis, kualitas sinyal yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David A.; “Managing Brand Equity: Capitalizing on the Value of a Brand Name”, The Free Press, New York, 1991.

Kotler, Philip. 2007. “Manajemen Pemasaran Jilid I”, Jakarta: Erlangga.

Lau, Geok Theng dan Sook Han Lee (2000). “Consumer’s Trust in a Brand and the Link to Brand Loyalty,”. Journal of Market Focused Management. 4, pp 341-370.

Mittal Banwari (1990). “The Relative Roles of Brand Beliefs and Attitude Toward the Ad as Mediators of Brand Attitude: A Second Look,”Journal of Marketing Research. Vol. XXVII No. 2, pp 87-112.

HUBUNGAN SEGMENTING DAN TARGETING DENGAN CUSTOMER RELATIONSHIP, DAN KAJIAN TARGET MARKET DENGAN PENDEKATAN KULTUR RELIGI

Hubungan Segmenting dan Targeting terhadap Customer Relationship

Customer Relationship merupakan sebuah pendekatan baru dalam mengelola hubungan korporasi dan pelanggan pada level bisnis sehingga dapat memaksimumkan komunikasi, pemasaran melalui pengelolaan berbagai kontak yang berbeda dengan pelanggan. Pendekatan ini memungkinakn untuk mempertahankan pelanggan dan memberikan nilai tambah terus menerus pada pelanggan, selain juga memperoleh keuntungan yang berkelanjutan. Hal yang perlu dipahami adalah bahwa dari luar, pelanggan yang berinterkasi dengan perusahaan hanya memahami bisnis yang dilakukan oleh perusahaan sebagai satu entitas, tidak lebih, meskipun pelanggan juga berinteraksi dengan sejumlah pekerja yang berbeda peran dan departemennya. Semua itu tetap dianggap sebagai satu kesatuan. Dengan Customer Relationship, dukungan pada proses bisnis, informasi tentang pelanggan dan interaksinya dapat dimasukkan, disimpan, diakses oleh semua staf pada berbagai unit kerja dengan tujuan untuk meningkatkan layanan yang diberikan pada pelanggan, dan menggunakan informasi kontak pelanggan untuk target pemasaran.

CRM (Customer Relationship Management) mengkombinasikan kebijakan, proses, dan strategi yang diterapkan organisasi menjadi satu kesatuan yang digunakan untuk melakukan interaksi dengan pelanggan dan juga untuk menelusuri informasi pelanggan. Pada era saat ini, implementasi CRM selalu akan menggunakan teknologi  informasi untuk menarik pelanggan baru yang mengguntungkan, hingga mereka memiliki keterikatan pada perusahaan.

Sasaran untuk menjalankan strategi CRM harus mempertimbangkan situasi spesifik yang dihadapi perusahaan dan juga kebutuhan dan harapan pelanggan. Informasi yang didapat melalu inisiasi CRM dapat mendukung pengembangan strategi pemasaran dengan mengembangkan pengetahuan pada area-area tertentu seperti identifikasi segmen pelanggan, peningkatan retensi  pelangggan, perbaikan produk yang disampaikan, juga identifikasi pelanggan blue chip (yang paling menguntungkan). Sasaran ini dilakukan dengan melakukan manipulasi informasi yang terkait yang selanjutnya dimanfaatkan bersama untuk ditransformasikan menjadi pengetahuan. Pengetahuan ini merupakan pengetahuan yang memungkinkan perusahaan dapat lebih memahami pelanggan, dan digunakan untuk menyesuaikan kapabilitas organisasi agar dapat memberikan nilai yang lebih baik bagi pelanggan.

Oleh karena itu karena pelanggan adalah urat nadi operasi perusahaan. Kecakapan memahami dan memenuhi harapan-harapan pelanggan harus menjadi filsafat bisnis setiap perusahaan dan manajemen dimana pertama-tama kita nilai terlebih dahulu pelanggan yang kita miliki, lalu cari tahu apa yang memotivasi pelanggan dalam membeli dan tentukan segmen pelanggan yang kita miliki. Dengan demikian jelas terdapat keterkaitan antara Segmenting dan Targeting terhadap Customer Relationship.

Kajian Target Market dengan Pendekatan Kultur Religi

Kasus: Banyak hasil kajian yang menyatakan sangat sulit market targeting dengan pendekatan kultur religi seperti Mie Merk Karomah. Tapi mengapa Indomie melakukannya dengan menggulirkan Mie Merk Ummah dan Sahabat?

Hasil analisis terhadap kasus tersebut di atas;

Dalam hal ini mungkin perusahaan Indomie mempunyai strategi khusus yang mampu menghilangkan anggapan bahwa hasil kajian yang menyatakan sangat sulit market targeting dengan pendekatan kultur religi. Beberapa konsep dasar targeting mengapa Indomie melakukannya dengan menggulirkan Mie Merk Ummah dan Sahabat:

  • Indomie yakin bahwa segmen pasar yang dibidik itu cukup besar dan akan cukup menguntungkan bagi perusahaan. Perusahaan dapat saja memilih segmen yang kecil pada saat sekarang namun segmen itu mempunyai prospek menguntungkan dimasa datang. Sehubungan dengan hal ini perusahaan harus menelaah kompetisi yang ada di sektor tersebut dan potensinya untuk tumbuh karena akan berkaitan juga dengan ukuran dan pertumbuhan target segmen perusahaan. Dengan keunggulan merk, Indomie yakin Mie Merk Ummah dan Sahabat akan mampu bersaing di pasar.
  • strategi targeting dengan menggulirkan Mie Merk Ummah dan Sahabat didasarkan pada keunggulan kompetitif perusahaan yang bersangkutan. Keunggulan kompetitif merupakan cara untuk mengukur apakah perusahaan memiliki kekuatan dan keahlian yang memadai untuk menguasai segmen pasar yang dipilih sehingga memberikan value bagi konsumen, termasuk mendasarkan pada kultur religi dimana mayoritas penduduk di Indonesia adalah muslim. Untuk menghasilkan value yang unggul tidak cukup hanya memiliki sumber daya yang memadai tetapi harus didukung dengan kapabilitas, kompetensi inti, dan keunggulan kompetitif untuk melaksanakan diferensiasi yang ditujukan untuk memenangkan kompetisi tersebut. indomie juga dapat menganalisis dari dekat apakah segmen pasar yang dipilih telah sejalan dan mendukung tujuan jangka panjang perusahaan.
  • segmen pasar yang dibidik didasarkan pada situasi persaingannya. Indomie mempertimbangkan situasi persaingan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi daya tarik targeting perusahaan. Beberapa faktor yang dipertimbangkan di sini antara lain intensitas persaingan segmen, potensi masuknya pemain baru, hambatan masuk industri, keberadaan produk-produk pengganti, kehadiran produk-produk komplementer serta pertumbuhan kekuatan tawar menawar pembeli maupun pemasok.

MANAJEMEN ENTERTAINMENT DALAM BISNIS WEDDING ORGANIZER

Istilah manajemen berasal dari kata management (Bahasa Inggris), berasal dari kata “to manage” yang artinya mengurus atau tata laksana. Sehingga manajemen dapat diartikan bagaimana cara mengatur, membimbing dan memimpin semua orang yang menjadi bawahannya agar usaha yang sedang dikerjakan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Banyak ahli yang memberikan definisi tentang manajemen, diantaranya:

  1. Harold Koontz & O’ Donnel dalam bukunya yang berjudul “Principles of Management” mengemukakan, “Manajemen adalah berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang-orang lain” (Dayat, n.d,p.6).
  2. George R. Terry dalam buku dengan judul “Principles of Management” memberikan definisi: “Manajemen adalah suatu proses yang membedakan atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya” (Dayat, n.d,p.6).

Prinsip manajemen adalah dasar-dasar atau pedoman kerja yang bersifat pokok yang tidak boleh diabaikan oleh setiap manajer/pimpinan. Dalam prakteknya harus diusahakan agar prinsip-prinsip manajemen ini hendaknya tidak kaku, melainkan harus luwes, yaitu bisa saja diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. Prinsip-prinsip manajemen terdiri atas :

  1. Pembagian kerja yang berimbang. Dalam membagi-bagikan tugas dan jenisnya kepada semua kerabat kerja, seorang manajer hendaknya bersifat adil, yaitu harus bersikap sama baik dan memberikan beban kerja yang berimbang.
  1. Pemberian kewenangan dan rasa tanggung jawab yang tegas dan jelas. Setiap kerabat kerja atau karyawan hendaknya diberi wewenang sepenuhnya untuk melaksanakan tugasnya dengan baik dan mempertanggung jawabkannya kepada atasan secara langsung.
  1. Disiplin. Disiplin adalah kesedian untuk melakukan usaha atau kegiatan nyata (bekerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya) berdasarkan rencana, peraturan dan waktu (waktu kerja) yang telah ditetapkan.
  1. Kesatuan perintah. Setiap karyawan atau kerabat kerja hendaknya hanya menerima satu jenis perintah dari seorang atasan langsung (mandor/kepala seksi/kepala bagian), bukan dari beberapa orang yang sama-sama merasa menjadi atasan para karyawan/kerabat kerja tersebut.
  1. Kesatuan arah. Kegiatan hendaknya mempunyai tujuan yang sama dan dipimpin oleh seorang atasan langsung serta didasarkan pada rencana kerja yang sama (satu tujuan, satu rencana, dan satu pimpinan).

Jika prinsip ini tidak dilaksanakan maka akan timbul perpecahan diantara para kerabat kerja/karyawan. Karena ada yang diberi tugas yang banyak dan ada pula yang sedikit, padahal mereka memiliki kemampuan yang sama.

Pada pengertian tersebut dikatakan bahwa manajemen adalah proses pencapaian tujuan melalui kerja orang lain. Dengan demikian berarti dalam manajemen terdapat minimal 4 (empat) ciri, yaitu:

  1. Ada tujuan yang hendak dicapai
  2. Ada pemimpin (atasan)
  3. Ada yang dipimpin (bawahan)
  4. Ada kerja sama.

Khusus menyangkut masalah pemimpin (atasan) harus memiliki berbagai kemampuan (skills). Kemampuan (skills) yang dimaksud terdiri dari:

  1. Managerial skills (entrepreneurial), yaitu kemampuan untuk mempergunakan kesempatan secara efektif serta kecakapan untuk memimpin usaha-usaha yang penting.
  2. Techological skills, yaitu keahlian khusus yang bersifat ekonomis teknis yang diperlukan pada pelaksanaan pekerjaan ekonomis.
  3. Organizational skills, yaitu kecerdasan untuk mengatur berbagai usaha (Dayat, n.d,pp.9-10).

Entertainment atau hiburan adalah segala sesuatu baik yang berbentuk kata-kata, tempat, benda, perilaku – yang dapat menjadi penghibur atau pelipur hati yang susah atau sedih. Pada umumnya hiburan dapat berupa musik, film, opera, drama, ataupun berupa permainan bahkan olahraga. Berwisata juga dapat dikatakan sebagai upaya hiburan dengan menjelajahi alam ataupun mempelajari budaya. Mengisi kegiatan di waktu senggang seperti membuat kerajinan, keterampilan, membaca juga dapat dikatagorikan sebagai hiburan.

Kegiatan membuat keterampilan atau acara dengan mengolah seni didalamnya untuk menghibur orang lain dengan menggunakan konsep yang sistematis dan pengelolaan yang direncanakan, diorganisirkan, diaplikasikan dan evaluasi disebut sebagai Manajemen Entertainment.

Dari pernyataan tersebut di atas, bagian dari manajemen entertainment adalah Event Organizer yang difokuskan ke dalam bidang jasa pernikahan sering disebut Wedding Organizer.

Event berasal dari bahasa Inggris yang bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mempunyai arti peristiwa atau kejadian. Sedangkan Organizer memiliki arti dalam bahasa Indonesia organisator. Organisator memiliki peran mengatur informasi, kegiatan, proyek dan obyek konkrit dengan cara yang kohesif dan efisien. Seorang organisator biasanya dikenal karena kemampuannya untuk menyusun secara sistematis, mengelompokkan dan mengatur apa yang ada di hadapannya dengan cara yang teratur dan logis.

Sehingga, Manajemen event adalah suatu kejadian-kejadian yang terjadi pada saat tertentu yang digunakan untuk mengatur, membimbing dan memimpin semua orang yang menjadi bawahannya agar usaha yang sedang dikerjakan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya pada suatu badan organisasi tertentu.

Untuk menyiapkan sebuah acara (event), dibutuhkan serangkaian tahapan. Mulai dari perencanaan, persiapan, pendanaan, sampai prosedur teknis kegiatan itu sendiri dari awal sampai akhir.

Sebelum menggelar sebuah acara, untuk tingkat kelurahan saja misalnya, pastinya akan dibentuk semacam panitia. Panitia ini adalah sebuah tim yang terdiri dari sekelompok orang dengan pembagian tugas masing-masing agar seluruh rangkaian acara atau kegiatan itu bisa terselenggara. Sukses tidaknya acara itu, tergantung penuh pada kesiapan, koordinasi dan kinerja panitia.

Kebutuhan sebuah pengorganisasian yang matang dalam mempersiapkan dan menggelar sebuah acara ini menjadi peluang dalam bisnis jasa. Bukanlah hal baru jika di banyak kota, khususnya kota besar, sudah muncul dan berkembang beberapa jasa “panitia” yang bisa mengorganisir berbagai macam acara dan kegiatan. Perusahaan yang menawarkan jasa seperti ini dikenal sebagai “Event Organizer”.

Dengan ini Event Organizer adalah jasa penyelenggara kegiatan, merupakan usaha yang dilakukan untuk mempermudah perwujudan ide atau rencana menggelar sebuah event. Event ini meliputi kegiatan-kegiatan seperti penyelenggaraan pameran, pameran konvensi, pagelaran musik, pesta, seminar, peluncuran produk, konferensi pers dan kegiatan lainnya, bisa disesuaikan dengan permintaan dari pengguna jasa event Organizer atau inisiatif event Organizer sendiri (Event Organizer, 2007).

Wedding Organizer

Wedding Organizer adalah suatu jasa khusus yang secara pribadi membantu calon pengantin dan keluarga dalam perencanaan dan supervisi pelaksanaan rangkaian acara pesta pernikahan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Setiap pengantin adalah unik dan berbeda, sehingga tidak semua pasangan pengantin memerlukan jasa Wedding Organizer. Berikut ini beberapa alasan kapan saat yang tepat membutuhkan bantuan jasa tersebut :

  1. Waktu yang sangat berharga. Calon pengantin atau keluarga sibuk terikat dengan aktivitas pekerjaan yang tinggi sehingga sulit menyisakan waktu yang cukup untuk menyiapkan sendiri segala perencanaan dan perlengkapan acara pesta pernikahan.
  1. Efisiensi waktu dan tenaga. Pada pesta pernikahan banyak hal yang harus diselesaikan, sehingga dibutuhkan waktu dan tenaga yang cukup untuk menyelesaikan. Salah satucara dengan memanfaatkan semua informasi mengenai pernikahan yang disediakan oleh seorangWedding Organizer, sehingga dapat menghemat waktu dan tenaga.
  1. Penampilan yang sempurna. Pesta pernikahan akan menjadi kenangan seumur hidup. Kesiapan fisik dan mental yang sempurna adalah kunci dari segalanya. Kerjasama yang terpadu antara pasangan pengantin, keluarga dan sebuah tim yang profesional akan membantu mewujudkannya.

BISNIS WEDDING ORGANIZER

Bisnis Wedding Organizer adalah bisnis jasa yang memberikan pelayanan jasa pengorganisasian segala aktivitas yang berkaitan dengan kebutuhan dalam suatu pernikahan. Bisnis ini muncul karena adanya peluang dalam kehidupan modern yang menginginkan kecepatan, kemudahan, dan kepraktisan untuk mengatasi masalah time deficiency masyarakat perkotaan. Dengan semakin banyaknya bisnis yang menawarkan jasa pengorganisasian pernikahan, calon pengguna atau klien harus lebih selektif memilih wedding organizer yang handal dan dapat dipercaya. Agar bisnis ini lebih kompetitif serta dapat meraih dan memuaskan target pasar, pelaku bisnis wedding organizer perlu mengetahui program perencanaan yang tepat. Dalam kondisi pasar yang kompetitif, memuaskan apa yang diinginkan klien merupakan salah satu kunci sukses. Karena itu, dibutuhkan pembaharuan-pembaharuan terhadap strategi perencanaan yang telah diterapkan. Perencanaan apa saja yang dilakukan wedding organizer dalam menyiapkan acara pernikahan, dimana hal ini akan menjadi dasar penyusunan pelaksanaan acara pernikahan yang akan dijalankan, sekaligus melihat perkembangan wedding events dan wedding organizers sekarang ini.

Beberapa tahapan dalam wedding organization: (1) membuat suatu permulaan, (2) perencanaan acara, (3) penentuan lokasi acara, logistik dan suasana wedding events, (4) penutupan dan evaluasi acara. Berkaitan dengan pelaksanaan wedding events, perencanaan yang telah dilakukan dibuat sesederhana mungkin baik dalam pembagian kerja dan struktur organisasinya dimana dibuat sekian jelas sehingga suatu acara dapat berjalan dengan lancar walaupun terkadang kesalahan yang dilakukan. Kesalahan yang dilakukan merupakan sesuatu yang dapat terjadi tak terduga yang di luar perencanaan wedding organizer dan klien sehingga menjadi suatu pelajaran bagi wedding organizer agar dapat diminimalisasikan sebisa mungkin pada acara yang akan datang. Sementara itu, ketanggapan personel wedding organizer terhadap kebutuhan dan keinginan klien serta kesesuaian pelaksanaan pada hari-H dengan perencanaan merupakan atribut terpenting yang dinilai ketika klien menggunakan jasa wedding organizer. Perencanaan wedding events disusun dengan mempertimbangkan agar dapat terjadi komunikasi word of mouth melalui pelanggan sebagai sarana memasarkan produk jasa yang efektif, mengingat bisnis ini merupakan jenis bisnis yang datang melalui komunikasi dari mulut ke mulut. Komunikasi word of mouth sangat penting dalam mendukung proses pembelian jasa, karena secanggih apapun program perencanaan disusun, tanpa komunikasi word of mouth mengenai performansi, bisnis wedding organizer ini tidak akan eksis. Dengan usulan model tahap-tahap perencanaan wedding events, diharapkan dapat menjadi masukan bagi pelaku bisnis wedding organizer dalam menyusun program perencanaan acara yang lebih tepat sehingga akhirnya dapat meningkatkan kompetensi dari performansi dari bisnis tersebut.

Memberikan kepuasan dalam melayani konsumen adalah keharusan bagi suatu Wedding Organizer. Betapa pun besar atau kuatnya Wedding Organizer, pada akhirnya juga harus tunduk pada kehendak konsumen jika ingin tetap berkiprah di bidangnya.

ALEXANDIKA WEDDING ORGANIZER created by ANPIAN CV&WO Enterpise.

Hal ini yang mendorong industri jasa Wedding Organizer, terutama ALEXANDIKA Wedding Organizer untuk senantiasa menciptakan dan menjaga kualitas pelayanannya. Karena dengan pelayanan yang prima (service excellence), maka akan menciptakan pengalaman (customer experience) yang memuaskan dan menciptakan good lip services konsumennya. Quality Function deployment (QFD) adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk merencanakan produk atau jasa yang berorientasi pada keinginan dan harapan konsumen.

Segmentasi, Targetting, dan Positioning

Marketing merupakan salah satu bagian dari perusahan yang memiliki peran penting dalam menentukan kemajuan perusahaan tersebut. Berikut dijabarkan dalam STP perusahaan

  •   Segmentasi

Pilihan segmen utama ALEXANDIKA Wedding Organizer adalah masyarakat Priangan Timur; Ciamis, Tasikmalaya, Banjar, Pangandaran, Garut dan luar kota dengan semua jenis kelamin baik pria maupun wanita dengan interval usia 20-35 tahun.

  •   Targeting

Selective specialization merupakan target ALEXANDIKA Wedding Organizer, dimana bidikan segmennya lebih dari satu segmen. Sehingga jika segmen yang satu tidak produktif maka ALEXANDIKA Wedding Organizer masih bisa mendapatkan pendapatan dari segmen yang lainnya.

Adapun alasan memilih target selective specialization ini adalah ALEXANDIKA Wedding Organizer dapat melayani dari kalangan kelas menengah kebawah dan kelas sosial atas. Konsumen dapat memilih konsep acara yang mereka inginkan dan yang sesuai dengan kantong mereka/kemampuan mereka. Secara riil orang di kelas social menengah kebawahpun kerepotan jika mereka harus mengurusi segala sesuatu untuk membuat sebuah acara penikahan. Sehingga mereka dapat menggunakan jasa kami walaupun tidak untuk semua bidang misalnya hanya untuk rias pengantin dan konsumsinya saja, dsb.

  •   Positioning

ALEXANDIKA Wedding Organizer merupakan perencanaan pesta pernikahan anda menjadi lebih berarti  karena acara pernikahan merupakan acara yang sakral dalam hidup kita. selain untuk pernikahan, ALEXANDIKA Wedding Organizer menerima paket rias untuk wisuda, khitanan, dll.

ALEXANDIKA Wedding Organizer Jadikan Momen Bahagia Anda Penuh Kesan dan Lebih Cantik”

  • DEKORASI PELAMINAN
  • DEKORASI KAMAR PENGANTIN
  • TAMAN
  • UPACARA ADAT
  • PHOTO & VIDEO SHOOTING
  • CATERING
  • KUE PENGANTIN
  • BAKI LAMARAN
  • TENDA & KURSI
  • SOUND SYSTEM
  • HIBURAN
  • RIAS MOBIL PENGANTIN
  • SOUVENIR

Silakan menghubungi kami di BLOG ini atau sms: 085323237171

Sampel Rias dan dekorasi ALEXANDIKA Wedding Organizer open link https://andrihelmi.wordpress.com/2014/09/25/galeri-alexandika-wedding-organizer-by-anpian-cv-woenterprise/

SWOT ANALYSIS

SWOT merupakan (kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats)

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). 

Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.

Pengertian Analisis SWOT                                                                                                                

Pengertian analisis SWOT adalah salah satu bentuk analisis dalam manajemen dengan menggunakan prinsip SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, and Threats). Analsis SWOT digunakan untuk melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan. Dengan melihat kekuatan yang dimiliki serta mengembangkan kekuatan tersebut dapat dipastikan bahwa perusahaan akan lebih maju dibanding pesaing yang ada. Demikian juga dengan kelemahan yang dimiliki harus diperbaiki agar perusahaan bisa tetap eksis. Peluang yang ada harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh perusahaan agar volume penjualan dapat meningkat. Dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan haruslah dihadapi dengan mengembangkan strategi pemasaran yang baik.

SWOT menurut Sutojo dan F. Kleinsteuber (2002 : 8) adalah untuk menentukan tujuan usaha yang realistis, sesuai dengan kondisi perusahaan dan oleh karenanya diharapkan lebih mudah tercapai. SWOT adalah singkatan dari kata-kata Strength (kekuatan perusahaan)Weaknesses (kelemahan perusahaan), Opportunities (peluang bisnis) dan Threats (hambatan untuk mencapai tujuan).

Apabila teknik swot analisis tersebut diterapkan dalam kasus menentukan tujuan strategi manajemen pemasaran dapat diutarakan sebelum menentukan tujuan-tujuan pemasaran yang ingin dicapai hendaknya perusahaan menganalisis : kekuatan dan kelemahan, peluang bisnis yang ada, berbagai macam hambatan yang mungkin timbul.

Kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Thearts yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang dan Ancaman dan faktor internal Kekuatan dan Kelemahan.

Sedangkan Kotler (2008: 88) mengemukakan bahwa analisis SWOT adalah evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman disebut analisis SWOT. 

Teknik analisis SWOT yang digunakan adalah sebagai berikut :

Analisis Internal

1. Analisis Kekuatan (Strenght)

Setiap perusahaan perlu menilai kekuatan dan kelemahannya dibandingkan para pesaingnya. Penilaian tersebut dapat didasarkan pada faktor-faktor seperti teknologi, sumber daya finansial, kemampuan kemanufakturan, kekuatan  pemasaran,  dan basis pelaggan  yang dimiliki. Strenght (kekuatan) adalah keahlian dan kelebihan yang dimiliki oleh perusahaan pesaing.

2. Analisis Kelemahan (Weaknesses)

Merupakan keadaan perusahaan dalam menghadapi pesaing mempunyai keterbatasan dan kekurangan serta kemampuan menguasai pasar, sumber daya serta keahlian. Jika orang berbicara tentang kelemahan yang terdapat dalam tubuh suatu satuan bisnis, yang dimaksud ialah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan. Dalam praktek, berbagai keterbatasan dan kekurangan kemampuan tersebut bisa terlihat pada sarana dan prasarana yang dimiliki atau tidak dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah, keterampilan pemasaran yang tidak sesuai  dengan tuntutan pasar, produk yang tidak atau kurang diminta oleh para pengguna atau calon pengguna dan tingkat perolehan keuntungan yang kurang memadai.

Analisis Eksternal

3. Analisis Peluang (Opportunity)

Opportunities (peluang) merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar. Setiap perusahaan memiliki sumber daya yang membedakan dirinya  dari perusahaan lain. Peluang dan terobosan atau keunggulan bersaing tertentu dan beberapa peluang membutuhkan sejumlah besar modal untuk dapat dimanfaatkan. Dipihak lain, perusahaan-perusahaan baru  bemunculan. Peluang pemasaran adalah suatu daerah kebutuhan pembeli di mana perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan.

4. Analisis Ancaman (Threats)

Ancaman adalah tantangan yang diperlihatkan atau diragukan oleh suatu kecenderungan atau suatu perkembangan yang tidak menguntung-kan dalam lingkungan yang akan menyebabkan kemerosotan kedudukan perusahaan. Pengertian ancaman merupakan kebalikan pengertian peluang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis.

Jika tidak diatasi, ancaman akan menjadi ganjalan bagi satuan bisnis yang bersangkutan baik untuk masa sekarang maupun di masa depan. Dengan melakukan kedua analisis tersebut maka perusahaan dikenal dengan melakukan analisis SWOT.

e-Journal Bisnis

e-Journal Bisnis dalam BLOG ini adalah hasil karya penulis blog yang sewaktu-waktu dapat di update dan bisa dijadikan bahan referensi atau benchmark untuk penelitian, baik kajian Financial, Marketing, Human Resource ataupun Operation/Production di lingkup Bisnis, Manajemen ataupun Akuntansi.


PENGARUH UNSUR CAMEL DAN EVA TERHADAP HARGA SAHAM

PENGARUH BRAND TRUST DAN CUSTOMER SATISFACTION TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN

PENGARUH DISIPLIN TERHADAP KINERJA PEGAWAI

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO – RETURN ON ASSET

ANALISIS PELAKSANAAN QUALITY CONTROL PADA PT TELKOM TBK KANDATEL TASIKMALAYA

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG – RENTABILITAS EKONOMI

PENGARUH RETURN ON INVESTMENT DAN RETURN ON EQUITY – RETURN SAHAM

PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN EARNING PERSHARE TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO

PENGARUH PINJAMAN JANGKA PANJANG TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI

ALAT-ALAT ANALISIS DALAM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN KEUANGAN

PENGARUH FIXED ASSET INVESTMENT TERHADAP OPERATIONAL INCOME

ISU STRATEGIS DALAM KEWIRAUSAHAAN DAN USAHA KECIL

PASAR FUTURE DAN OPTIONS; KONTRAK FUTURE DAN FORWARD, PASAR OPSI, SPEKULASI DALAM KURS DAN TEKNIK CURRENCY HEDGING UNTUK ANTISIPASI FOREX EXPOSURE

PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN EARNING PER SHARE TERHADAP DIVIDEND PAY OUT RATIO (Kasus pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk)